Sudah
2 malam berturut-turut saya dan anak perempuan saya bangun jam 3 dini hari
untuk melaksanakan Sholat tahajud, Alhamdulillah. Kejadian jamaah sholat
tahajud ini baru pertama kali terjadi dalam sejarah hidup saya, setelah 46
tahun menjalani kehidupan ini. biasanya tahajud ya sendirian. Wow…
Udara dini hari menusuk tubuh, sisa udara dari AC masih terasa, ditambah cuaca Cilebut yang memang sudah dingin dari sananya. Alarm tepat jam 3, saya bangun, ambil air wudhu dan membangunkan anak perempuan saya “Shafa”.
“Shafa minta
dibangunkan untuk ikut sholat tahajud, dibangunin nggak maa??” tanyaku pada
istri menjelang tidur “Coba saja” Jawab istriku singkat.
Di luar dugaan, ternyata lebih susah membangunkan dia pagi hari untuk ke sekolah dibandingkan membangunkan dia untuk Tahajud.
Di luar dugaan, ternyata lebih susah membangunkan dia pagi hari untuk ke sekolah dibandingkan membangunkan dia untuk Tahajud.
TULUS
Saya
paham apa yang dia rasakan, hingga tergerak untuk menemani ayahnya tahajud,
atau mungkin niatnya bukan untuk menemaniku tapi punya agenda tersendiri? Bisa jadi..
Sudah hampir setahun ayahnya memutuskan resign dari profesi karyawan yang sudah
22 tahun dijalani, bukan perkara mudah.. mungkin hal ini yang membuatnya ingin
membantu ayahnya dengan do’a, do’a di waktu yang paling ijabah dalam tahajud…
mungkin ini yang dia ‘Shafa’ pikirkan. Dia melihat perjuangan ayahnya setahun
terakhir begitu keras dan kereen. Pada saat cetakan pertama buku “rumputku
lebih hijau dari rumput tetangga” saya jual via paket pengiriman, shafa sangat
antusias membantu saya packing dan proses pengiriman, walaupun memang Dia melakukan
karena ada imbalan yang menggiurkan ‘di mata dia’ tapi saya melihat dia sedang
belajar sesuatu dari ayahnya, bahwa selama mau berusaha “cari uang itu gampang”,
buktinya 300 buku ludes hanya dalam waktu 2 minggu. Terakhir dia bertanya “ayah
kapan kirim buku lagi?” (sabar ya Dik… Ayah cetak dulu, sebelum cetak lunasi
dulu biaya cetakan pertama.. heheheheh)
Saya
melihat ketulusan di mata anak saya ketika tahajud malam pertama kemarin. Dia
mampu mengalahkan rasa kantuknya diganti dengan pancaran segar dari wajahnya
yang basah oleh air wudhu. Saya seperti melihat bidadari kecil sedang
memberikan support kepada ayahnya “ayo semangat daddy, aku tidak akan berhenti
berdo’a untuk kesuksesan daddy” begitu kira-kira pancaran matanya berkata-kata.
Khusyuk sekali dia berdoa, bersimpuh persis di sebelah kiri saya usai
menyelesaikan beberapa rokaat sholatnya. Indah sekali. Air mata saya menetes,
bukan karena sedang banyak hutang, bukan karena sedih banyak dosa, bukan karena capek
habis kejar tayang dead line artikel untuk klien, TAPI terharu anakku begitu
kusyuk berdoa.. sementara kakak dan mamanya dan semua orang di gang ini masih
terlelap tidur.
APA
YANG LEBIH INDAH?
Keindahan
malam itu sungguh tak bisa tergambarkan (lebay ….), saya serius. Hening, yang
ada hanya suara gemericik air aquarium di belakang kami berdua yang menambah
suasanya makin syahdu. Tidak ada suara yang lain kecuali suara bergumam do’a
kami diiringi suara air aquarium. Adegan yang menurut saya sangat indah, sang
ayah kusyuk berdo’a dengan beban kehidupan yang sedang dijalaninya, curhat
pada-Nya, mohon ampun pada-Nya, ucap Syukur pada-Nya… sementara sang Anak yang
polos, mungkin dosanya nggak ada seujung kuku banding bapaknya… tapi dia dengan
kusyuk melakukan hal sama, persis disamping bapaknya. Mungkin dia berdo’a agar
ayahnya segera beli mobil pajero atau fortuner, atau mungkin dia sedang meminta
Allah memberikan rezeki berlimpah pada Bapaknya agar bisa mengajaknya
jalan-jalan ke luar kota, atau mungkin dia sedang meminta Allah mengabulkan
keinginan bapaknya yang sedang proses untuk bisa bekerja di sebuah BUMN yang dia
tahu kalau hal ini terjadi akan menjadi rekor penghasilan tertinggi sepanjang
masa….
Apapun
doa yang sedang diucapkan anak saya… yang jelas pemandangan ini begitu Indah…
BESOK
BANGUNIN LAGI YAA?
Siang
– sore harinya saya ada rapat dengan klien, perjalanan pulang di commuter, shafa
mengirimkan pesan melalui WA “ayah sudah pulang?” “nanti malam kita tahajud
lagi yaa”… saya langsung mengambil sapu tangan dari saku, segera megusap air
mata haru sebelum orang lain melihatnya. “iiih bapak2 ini cengeeeng mosok di
kereta nangis, mosok laki-laki nangis??” untung hal ini tidak terjadi, lebih
cepat sapu tangan saya mengusap air mata saya sebelum mereka melihatanya.
Pesan
WA dari shafa saya terima beberapa saat setelah saya memutuskan membelikan
hadiah “kejutan” untuknya, karena menemani ayahnya tahajud malam tadi. Ketika transaksi
dengan abang yang jualan selesai, seperti ada koneksi… WA masuk.
Sekarang
jam 4:00 saat tulisan ini selesai ditulis, usai tahajud hari kedua, Shafa
kembali tidur, tapi saya sudah tidak bisa tidur lagi, jadilah tulisan ini.
Terimakasih
ya Allah
Salam Smart Life
Joko Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar