Pada masa
perjuangan kemerdekaan Indonesia, di awal tahun 40-an, muncul seorang tokoh luar
biasa yang sampai saat ini menjadi sosok yang dihormati dan menjadi inspirasi seluruh
rakyat Indonesia. Bung Karno, sebagai presiden pertama Indonesia, kita kenal
memiliki kemampuan berpidato yang luar biasa, selain sebagai seorang negosiator
yang hebat.
Kita
mengenal Apple sebagai brand yang sangat hebat, memiliki kualitas produk nomer
satu dan selalu sukses di pasaran, sehingga pada bulan september 2016 lalu
apple mencatatkan penjualan 1 milyar unit. Bicara Apple tentu tidak bisa terlepas
dari sosok pendirinya “Steve Jobs” yang sangat lihai dalam melakukan presnetasi
dan bernegosiasi.
Bung Karno
dan Steve Jobs adalah contoh tokoh yang sangat sukses di bidangnya
masing-masing oleh karena kemampuan komunikasi yang luar biasa, tentu ada
faktor lain yang berpengaruh. Dan masih banyak tokoh lain yang bisa kita jadikan
contoh sukses, betapa pentingnya kemampuan komunikasi.
Mari kita
renungkan, bahwa hampir semua profesi membutuhkan kemampuan untuk present,
mempresentasikan diri, pekerjaan, laporan, proposal, produk dan sebagainya. Menjalin
relasi membutuhkan kemampuan berkomunikasi, meyakinkan calon klien, memimpin
rapat, memimpin team, hubungan dengan rekan kera, dan lainnya
Sukses tanpa Skill Public Speaking ?
Bersyukur
karena 2 tahun terakhir saya berkesempatan untuk belajar Public Speaking dari
lembaga yang sangat kompeten dalam bidang ini, dan menurut saya yang terbaik di
Indonesia saat ini “HeartSpeaks Indonesia”.
Sebelumnya
saya mengenal banyak orang-orang yang saya idolakan sangat jago dalam melakukan
presentasi di depan banyak orang dan sukses melekukan penjualan. Mereka tidak
pernah belajar kaedah-kaedah dalam Public Speaking dan tetap mampu mejalankan
tugasnya dengan baik. Saya mulai bertanya, ternyata tanpa perlu belajar secara
formal, mereka sukses menjadi seorang pembicara? Banyak temen-temen saya yang
merupakan seorang trainer sukses (sukses: order mengalir tanpa henti), dan
mereka tidak pernah secara khusus belajar Public Speaking.
Akhirnya
saya sadar, sebenarnya kesuksesan mereka bisa berlipat dengan teknik public
speaking yang benar, atau bisa jadi kesuksesan mereka akan memudar dengan
berjalannya waktu bila tidak menggunakan teknik public speaking yang benar,
mereka akan kalah bersaing.
Beberapa waktu
lalu, teman saya mem-posting foto kegiatan training dia di salah satu instansi
pemerintah. Saya yakin dia bermaksud memberikan inspirasi kepada followernya,
dan memang benar, hampir seluruh komen bernada positif dan jempolnya banyak.
Tapi dari kacamata public speaking, saya menyadari satu hal, foto tersebut berbicara
begitu banyak tentang tidak berhasilnya kegiatan training tersebut. Sang Trainer
“temen saya”, nampak begitu antusias dengan gerakan tangan, tapi hampir seluruh
Audien yang berjumlah 30-an tidak menatap kepada teman saya, terlihat jelas
dari foto. Bahkan ada 2 orang audien yang sedang memegang dan mengamati layar
HP, hmmm, memang ada 2 orang yang menatapnya, namun dengan tatapan kosong dan bersandar
malas di kursinya. Apa arti semua ini? Bisa jadi, belum ada koneksi antara
Trainer dengan audien, bisa jadi audien bosen karena metode trainer monoton,
materinya kurang menarik? Atau penyebab lainnya.
Dan, beberapa
hari sebelumnya saya bertemu dan ngobrol dengannya untuk urusan bisnis. Dari
obrolan tersebut saya menemukan jawaban atas pertanyaan dari foto di atas.
Pertama, suara teman saya cempreng,
ketika volume ditingkatkan jadi nyaring dan menusuk telinga. Kedua, nada
suaranya datar tanpa intonasi dan cenderun lemes. Ketiga, saat presentasi power
poin ke saya, wow, background hitam dan beberapa slide merah gelap, tulisan
putih. Keempat, body language nya, khususnya eye contact tidak asyik, padahal Cuma
ngobrol berdua.
Plus Skil Public Speaking
Temen
saya juragan ayam bakar dan seorang trainer spesialis entrepreunership, cukup
sukses di dunia persilatan. Minggu lalu saya bertemu dan ngobrol banyak hal,
namun sebenarnya ada misi tersembunyi dari saya, yaitu mendapatkan coaching
tentang memulai sebuah bisnis, dan tanpa dia sadari saya mendapatkannya.
Sama
dengan pertemuan lainnya, saya selalu mengamati lawan bicara dari berbagai
aspek public speaking dan kemudian saya bandingkan dengan kesuksesan mereka
saat ini. Benar saja, suara dia masih seperti yang dulu, suara tenggorokan yang
nyaring. Mengenai hal ini dia mengakui bahwa saat memberikan training, dia bisa
menghabiskan beberapa botol air mineral untuk membasahi tenggorokan. Yups,
benar sekali, suara tenggorokan akan melukai tenggorokan dan pita suara ketika
dilakukan jangka waktu lama. Pertengahan bulan lalu, mentor saya di Public
Speaking memberikan training selama 4 hari dari jam 9 pagi sampai jam 21:00 dan
tidak kehabisan suara. Saya tidak heran, karena memang beliau sudah jagonya
menggunakan suara diafragma, dipakai terus menerus juga tidak akan habis.
Hal yang
paling sering saya temui dari temen-temen saya yang berprofesi sebagai trainer
adalah masalah body language yaitu “eye contact”, mereka belum melakukannya
secara benar.
Akhirnya saya
membayangkan, betapa dasyatnya para trainer jago ini ketika melengkapi dirinya
dengan ketrampilan public speaking. Training adalah: melakukan delivery ilmu
(knowledge skill, karakter) kepada audien. Public Speaking adalah cara delivery.
Bayangkan
seorang trainer men-deliver ilmunya dengan metode ceramah (saja), disampaikan
dengan suara cempreng, dibantu power poin yang berisi text, tidak menggunakan
eye contact dan body language yang tidak disadari. Tentu proses belajar tidak
berjalan dengan baik. Padahal dalam public speaking, metode yang bisa digunakan
bisa lebih dari 20 jenis, sementara itu yang paling sering digunakan oleh para
trainer hanyalah: ceramah, tanya jawab dan beberapa menggunakan video.
Ego
Tidak
pernah lelah untuk memberikan pengertian kepada teman-teman yang berprofesi
sebagai trainer, atau profesi lainnya, temen-temen yang saya temui untuk mau
belajar public speaking. Kemana-mana saya membawa peralatan sulap hanya untuk
menunjukkan kepada mereka bahwa sebagai seorang trainer bisa menggunakan sulap
sebagai salah satu metode dalam mendeliver ilmunya.
Berbicara
dengan mereka dengan menggunakan eye contact, menggunakan vocal yang benar
mulai dari volume, pitch, intonasi dan word emphasing, dan menggunakan
visualisasi dengan ipad dalam bentuk video, power poin ataupun image. Tidak jarang
saya mengajarkan beberapa ilmu public speaking yang saya miliki dengan cuma-cuma
dengan harapan mereka terpancing untuk mengikuti kelas.
Yang saya
lakukan bukan semata untuk kepentingan saya berlatih, lebih dari itu saya
benar-benar ingin membantu meningkatkan kesuksesan mereka dalam bidangnya
masing-masing dengan mengikuti kelas untuk meningkatkan kemampuan public speaking.
Sejauh
ini hasilnya belum maksimal…. Sebagian besar temen-temen baik saya masih
diselimuti oleh EGO yang begitu kuat, menganggap tidak penting belajar public
speaking dan mereka berkata (kelihatan dari sorot matanya) sejauh ini saya sudah cukup sukses, terbukti orderan nggak pernah sepi.
Hmmm oke,
saya setuju dengan kalian, dan saya lebih setuju dengan keyakinan saya bahwa
dengan meningkatkan skill public speaking kesuksesan akan berlipat ganda.
Vocal Power
Saya
hampir lupa… ada satu hal yang dipelajari dalam Public Speaking yaitu mengenai
vocal. 21-22 Januari 17 lalu saya berkesempatan mengikuti kelas Vocal Power.
Workshop yang khusus belajar tentang teknik vocal selama 3 hari (walaupun ada
akhirnya dimampatkan jadi 2 hari). Satu hal dasyat yang saya dapatkan adalah,
di ½ hari pertama workshop, saya sudah berhasil menguasai teknik suara
diafragma, padahal saya sudah mengupayakannya selama 1 tahun terakhir. Wow…
terimakasih pak Errol Jonathans atas kelas Vocal Power yang luar biasa. Semoga saya
konsisten untuk berlatih, sehingga kualitas vocal bisa terbentuk dan sudah
menjadi otomatis seperti halnya setir mobil yang tanpa pakai mikir lagi.
Salam
Public Speaking
Joko
Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar