Rabu, 07 Desember 2016

GAK BERANI MELANGKAH, ANDA AKAN KEHILANGAN WAKTU

Keberanian bukanlah ketika memang tidak ada suatu penghalang atau masalah. Tetapi keberanian adalah bagaimana seseorang mengatasi masalah. Itulah sebenarnya makna kemenangan sejati – Nelson Mandela

Jono dan Joni lulus bersamaan 5 tahun, dari perguruan tinggi yang sama bahkan dari fakultas yang sama.
Jono saat ini sebagai staf administrasi di kantor pemerintahan, dan joni sepertinya lebih beruntung karena saat ini menjadi mamanger penjualan di sebuah perusahaan retail besar di Indonesia. Ada 2 hal yang membedakan kenapa Joni lebih sukses dalam karir dibandingkan dengan Jono. Pertama, Joni langsung bekerja sesaat setelah lulus kuliah, sementara Jono ingin istirahat dulu setelah berjuang keras selama 6 tahun menyelesaikan kuliah. Joni berangkat lebih dahulu.

Kedua, Joni berlari lebih cepat, dibandingkan dengan Jono. Joni memiliki attitude yang baik, disiplin, menghargai waktu, memiliki semangat belajar yang tinggi, tidak hitung-hitung dengan pekerjaan, Joni kreatif, tidak pernah mengeluh, pekerja keras, datang ke kantor lebih awal dari yang lainnya, dan Joni juga menggunakan waktu istirahat dengan baik. Sementara Jono adalah karyawan standar, datang dan pulang sesuai dengan jam kerja, bukankan saya dibayar dengan jam kerja itu? Kata dia. Jono memang menyelesaikan pekerjaan sesuai yang ditugaskan atasannya, tidak peduli pekerjaan itu penting atau tidak, namanya tugas ya saya selesaikan, begitu pikirnya. Membantu orang lain bukanlah sebuah kewajiban, kan saya dibayar sesuai dengan jobdesk yang harus saya kerjakan, sayang dong waktu saya kalau harus membantu orang lain. Begitulah Jono, tidak merasa perlu berlari, jalan santai bahkan jalan ditempat, itulah kenapa sejak 5 tahun lalu sampai saat ini kono masih sebagai staf administrasi.

Dari cerita Joni dan Jono, kita belajar bahwa yang membedakan kenapa seseorang lebih sukses dari yang lainnya adalah karena di sukses berangkat lebih dahulu, atau si sukses berlari lebih kencang, apalagi kalau dua-duanya, sudah berangkat duluan, larinya lebih kencang. Dan demikianlah kehidupan.

MENUNDA
3 tahun lalu Bowo dipecat sepihak oleh bos-nya dari posisi HRD Manager di sebuah perusahaan besar. 4 bulan berikutnya hidupnya kacau, terpaksa menghabiskan tabungan untuk bertahan hidup, beberapa barang juga habis dijual. Kondisi kepepet ini membuat kreativitasnya keluar dan muncul keberanian memulai sesuai yang besar.  Saat ini Bowo memiliki 3 perusahaan yang bergerak dalam people development, sesuai bidang yang dikuasainya.

3 tahun lalu, sebenarnya ada kemauan kuat darinya untuk pindah kuadran dari karyawan menjadi pengusaha, bahkan keinginannya sudah lama terpendam. Trus apa masalahnya? Masalahnya adalah tidak segera memulai, disebabkan oleh karena tidak mudah keluar dari zona nyaman dan tidak ada momen yang membuatnya untuk action.

Maka ketika momen datang, ketika dipecat, ketika kepepet, barulah melakukan action. Sangat manusiawi, tapi orang sukses akan selalu berani keluar dari Zona nyaman.

Saya memulai menulis buku ini sejak 4 tahun yang lalu, sedangkan 80% tulisan saya selesaikan 6 bulan terakhir, itu artinya saya tidak kepepet, tidak merasa ada urgensi, hasilnya adalah menunda terbitnya buku ini selama hampir 4 tahun. Alasannya sama, menganggap menunda adalah manusiawi.

MEREKA SUDAH JADI PENGUSAHA
Profesi pengusaha adalah salah satu contoh sukses dalam kehidupan. Ada yang bilang, lebih baik jadi raja di kerajaan kecil daripada jadi kacung di kerajaan yang besar. Lebih baik jadi pengusaha meskipun hasilnya kecil, daripada penghasilan besar tapi jadi pesuruh.

Mari kita perhatikan, berapa orang temen kuliah, atau temen SMA, temen SMP, pokoknya teman yang sepantaran, yang saat ini sudah menjadi pengusaha, sementara kita masih menjadi karyawan, mejadi pesuruh. Sepantaran artinya memulai karir bersamaan, lulus kuliah atau lulus sekolah bareng. Mereka sudah menjadi pengusaha, dan saya masih menjadi pesuruh, kenapa bisa seperti itu? Dari sisi kemapuan akademik, saya lebih jago, dia tidak pernah masuk 20 besar, sementara saya selalu 3 besar. Dari kemampuan finansial, saya dibesarkan oleh keluarga yang berkecukupan dibandingkan dia, tapi dia menjadi pengusaha saat ini, bukankah seharusnya saya yang punya kecukupan modal? Terus kenapa mereka sudah menjadi pengusaha, sudah mampu menggaji orang lain, sementara saya masih begini-begini saja mengandalkan gaji dari orang lain?

Mereka, para pengusaha memiliki keberanian untuk memulai lebih dulu, sementara saya masih terkungkung dengan ribuan pertimbangan, ratusan kebimbangan, puluhan ketakutan. Saya nggak punya modal, nanti kalau gagal bagaimana, saya belum punya pengalaman bisnis, untungnya kok sedikit trus kapan saya bisa kaya, kalau pas gajian nggak ada uang gimana saya bisa didemo karyawan saya… begitu kira-kira

Mark Zuckerberg pernah bilang, jangan menunggu semuanya sempurna baru Anda melangkah, mulai saja dulu, nanti sambil jalan disempurnakan. Dan terbukti dia menjadi salah satu orang terkaya di Dunia dengan donasi puluhan triliun.

Semakin lama memendam ketakutan, semakin banyak waktu yang terbuang.

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 07 Desember 2016

GAK BERANI MELANGKAH, ANDA AKAN KEHILANGAN WAKTU

Keberanian bukanlah ketika memang tidak ada suatu penghalang atau masalah. Tetapi keberanian adalah bagaimana seseorang mengatasi masalah. Itulah sebenarnya makna kemenangan sejati – Nelson Mandela

Jono dan Joni lulus bersamaan 5 tahun, dari perguruan tinggi yang sama bahkan dari fakultas yang sama.
Jono saat ini sebagai staf administrasi di kantor pemerintahan, dan joni sepertinya lebih beruntung karena saat ini menjadi mamanger penjualan di sebuah perusahaan retail besar di Indonesia. Ada 2 hal yang membedakan kenapa Joni lebih sukses dalam karir dibandingkan dengan Jono. Pertama, Joni langsung bekerja sesaat setelah lulus kuliah, sementara Jono ingin istirahat dulu setelah berjuang keras selama 6 tahun menyelesaikan kuliah. Joni berangkat lebih dahulu.

Kedua, Joni berlari lebih cepat, dibandingkan dengan Jono. Joni memiliki attitude yang baik, disiplin, menghargai waktu, memiliki semangat belajar yang tinggi, tidak hitung-hitung dengan pekerjaan, Joni kreatif, tidak pernah mengeluh, pekerja keras, datang ke kantor lebih awal dari yang lainnya, dan Joni juga menggunakan waktu istirahat dengan baik. Sementara Jono adalah karyawan standar, datang dan pulang sesuai dengan jam kerja, bukankan saya dibayar dengan jam kerja itu? Kata dia. Jono memang menyelesaikan pekerjaan sesuai yang ditugaskan atasannya, tidak peduli pekerjaan itu penting atau tidak, namanya tugas ya saya selesaikan, begitu pikirnya. Membantu orang lain bukanlah sebuah kewajiban, kan saya dibayar sesuai dengan jobdesk yang harus saya kerjakan, sayang dong waktu saya kalau harus membantu orang lain. Begitulah Jono, tidak merasa perlu berlari, jalan santai bahkan jalan ditempat, itulah kenapa sejak 5 tahun lalu sampai saat ini kono masih sebagai staf administrasi.

Dari cerita Joni dan Jono, kita belajar bahwa yang membedakan kenapa seseorang lebih sukses dari yang lainnya adalah karena di sukses berangkat lebih dahulu, atau si sukses berlari lebih kencang, apalagi kalau dua-duanya, sudah berangkat duluan, larinya lebih kencang. Dan demikianlah kehidupan.

MENUNDA
3 tahun lalu Bowo dipecat sepihak oleh bos-nya dari posisi HRD Manager di sebuah perusahaan besar. 4 bulan berikutnya hidupnya kacau, terpaksa menghabiskan tabungan untuk bertahan hidup, beberapa barang juga habis dijual. Kondisi kepepet ini membuat kreativitasnya keluar dan muncul keberanian memulai sesuai yang besar.  Saat ini Bowo memiliki 3 perusahaan yang bergerak dalam people development, sesuai bidang yang dikuasainya.

3 tahun lalu, sebenarnya ada kemauan kuat darinya untuk pindah kuadran dari karyawan menjadi pengusaha, bahkan keinginannya sudah lama terpendam. Trus apa masalahnya? Masalahnya adalah tidak segera memulai, disebabkan oleh karena tidak mudah keluar dari zona nyaman dan tidak ada momen yang membuatnya untuk action.

Maka ketika momen datang, ketika dipecat, ketika kepepet, barulah melakukan action. Sangat manusiawi, tapi orang sukses akan selalu berani keluar dari Zona nyaman.

Saya memulai menulis buku ini sejak 4 tahun yang lalu, sedangkan 80% tulisan saya selesaikan 6 bulan terakhir, itu artinya saya tidak kepepet, tidak merasa ada urgensi, hasilnya adalah menunda terbitnya buku ini selama hampir 4 tahun. Alasannya sama, menganggap menunda adalah manusiawi.

MEREKA SUDAH JADI PENGUSAHA
Profesi pengusaha adalah salah satu contoh sukses dalam kehidupan. Ada yang bilang, lebih baik jadi raja di kerajaan kecil daripada jadi kacung di kerajaan yang besar. Lebih baik jadi pengusaha meskipun hasilnya kecil, daripada penghasilan besar tapi jadi pesuruh.

Mari kita perhatikan, berapa orang temen kuliah, atau temen SMA, temen SMP, pokoknya teman yang sepantaran, yang saat ini sudah menjadi pengusaha, sementara kita masih menjadi karyawan, mejadi pesuruh. Sepantaran artinya memulai karir bersamaan, lulus kuliah atau lulus sekolah bareng. Mereka sudah menjadi pengusaha, dan saya masih menjadi pesuruh, kenapa bisa seperti itu? Dari sisi kemapuan akademik, saya lebih jago, dia tidak pernah masuk 20 besar, sementara saya selalu 3 besar. Dari kemampuan finansial, saya dibesarkan oleh keluarga yang berkecukupan dibandingkan dia, tapi dia menjadi pengusaha saat ini, bukankah seharusnya saya yang punya kecukupan modal? Terus kenapa mereka sudah menjadi pengusaha, sudah mampu menggaji orang lain, sementara saya masih begini-begini saja mengandalkan gaji dari orang lain?

Mereka, para pengusaha memiliki keberanian untuk memulai lebih dulu, sementara saya masih terkungkung dengan ribuan pertimbangan, ratusan kebimbangan, puluhan ketakutan. Saya nggak punya modal, nanti kalau gagal bagaimana, saya belum punya pengalaman bisnis, untungnya kok sedikit trus kapan saya bisa kaya, kalau pas gajian nggak ada uang gimana saya bisa didemo karyawan saya… begitu kira-kira

Mark Zuckerberg pernah bilang, jangan menunggu semuanya sempurna baru Anda melangkah, mulai saja dulu, nanti sambil jalan disempurnakan. Dan terbukti dia menjadi salah satu orang terkaya di Dunia dengan donasi puluhan triliun.

Semakin lama memendam ketakutan, semakin banyak waktu yang terbuang.

Salam Smart Life
Joko Ristono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar