Manusia diciptakan sebagai mahkluk yang
senantiasa belajar, bertumbuh dan berkembang. Mahkluk yang sempurna secara
fisik dan dilengkapi dengan akal pikiran.
Apa yang dilakukan mahkluk hidup lain
untuk menyikapi hujan? Paling hanya mencari tempat berteduh supaya tidak basah
atau kedinginan. Tidak halnya dengan manusia, dengan kecerdasannya manusia
menciptakan payung, menciptakan jas hujan, menciptakan mobil, bahkah manusia
juga mampu menjadi ‘pawang hujan” untuk memindahkan dan menghentikan hujan.
Kehidupan purbakalapun sudah membuktikan
bahwa manusia mahkuk yang bertumbuh dan berkembang karena memiliki kecerdasan,
mereka menciptakan peralatan berburu dari batu, mereka menciptakan api dengan
menggosokkan kayu, mereka menciptakan pakaian dengan kulit tumbuhan atau kulit
binatang. Dan kita hidup jutaan tahun setelahnya, dengan kondisi yang sangat
jauh berbeda, sangat maju, sangat canggih, bahkan dengan kecerdasannya hampir
setiap hari kita mendengar adanya penemuan baru yang mencengangkan. Tidak usah
jauh-jauh dibandingkan dengan kehidupan manusia Purba, kehidupan sekarang
dibandingkan dengan kehidupan 5 tahun lalu sudah sangat jauh berbeda,
disebabkan oleh kemajuan tehnologi hasil penemuan manusia.
Kompetensi
hasil dari perkembangan diri
Dalam kehidupan, baik dalam keluarga, di
masyarakat maupun kehidupan karir, kompetensi diri menjadi syarat mutlak untuk
mampu menyelesaikan setiap tantangan atau masalah yang dihadapi. Manusia
belajar dari pengalaman, melihat peristiwa sehari-hari dan mengambil hikmah,
sehingga semakin hari semakin berkembang. Melihat orang yang sedang bertengkar,
kita belajar untuk mengendalikan emosi, melihat kecelakaan kita belajar
berkendara lebih hati-hati, melihat film tentang detektif kita belajar bagaimana
mengungkan modus kejahatan dan menyelesaikannya, mengikuti kelas seminar kita
menyerap knowledge dan skill yang dibutuhkan, begitu seterusnya.
Membaca buku, melihat berita, mengikuti
seminar, on the jobs training, ngobrol dengan orang lain, mendengarkan talk
show radio, melihat film, mengamati kehidupan sehari-hari, jalan-jalan ke mall,
melihat tv, dan apapun kegiatan kita akan menghasilkan pengembangan diri kita.
Di sinilah tantangannya, informasi yang
baik akan menghasilkan kompetensi yang baik, informasi yang jelek bisa menjadi
kontra produktif untuk peningkatan kompetensi. Saat kiat larut dengan tayangan
sinetron bisa jadi waktu kita tersita yang seharusnya bisa digunakan untuk
membaca buku. Saat kita melihat berita TV ‘khususnya akhir-akhir ini’ yang
isinya dipenuhi dengan kontroversi, talkshow yang menghasirkan dua kubu yang
sedang bertikai, tayangan-tayang kekerasan, tayangan provokatif, hal ini bisa
membentuk pesimisme dalam diri kita, kontra produktif.
Anda yang lebih tahu, apa kebutuhan informasi
untuk peningkatan kompetensi diri...
Kompetensi
dalam bekerja
Dalam memimpin team, saya sering sekali
menekankan masalah kompetensi ini. Contoh, seorang staf baru, yang masih taraf
belajar tentu memiliki kompetensi jauh dibawah rekan senior yang sudah
mengerjakan tugas yang sama selama bertahun-tahun. Sehingga staf senior ini
mampu menyelesaikan suatu pekerjaan hanya dalam waktu 1 jam, sementara untuk
pekerjaan yang sama staf baru memerlukan waktu 5 jam untuk menyelesaikannya.
Apa yang membedakan? Ya betul sekali: KOMPETENSI.
Sebelum mulai bekerja, seorang staf baru
sudah pasti diberikan training standart sesuai dengan job deskripsi yang
menjadi tanggungjawabnya. Contoh seorang staf admin belajar mengoperasikan
komputer dan mempelajari beberapa form laporan. Tapi perlu waktu bagi staf baru
ini untuk lancar dan mahir, itulah kenapa untuk pekerjaan yang sama diperlukan
waktu yang lebih lama bagi staf untuk menyelesaikan.
Hasil
= kompetensi + alokasi waktu
Ini adalah rumus sederhana yang harus
dikuasai. Seorang yang sudah mahir hanya perlu waktu 1 jam untuk membuat materi
presentasi power point, sementara untuk hasil yang sama orang lain memerlukan
waktu seharian bahkan seminggu baru selesai. Dengan menerapkan rumus ini, kita
harus mengukur level kompetensi diri, kalau memang masih taraf belajar yang
harus rela spend waktu lebih lama, biarlah jam terbang yang membuat diri kita
mahir.
Ada seorang trainer yang dibayar 1 jam Rp
30 juta, sementara trainer yang lain dibayar 3 juta untuk 1 hari. Apa yang
membedakan besarnya bayaran tersebut? Reputasi, reputasi dibentuk oleh
kompetensi yang dimiliki. Selama reputasi sang trainer bertarif 3 juta tidak
ditingkatkan, dia memerlukan waktu 10 hari untuk menyamai hasil yang sama dari
trainer 1 jam 30 juta. Wow... 1 jam banding 10 hari untuk hasil yang sama Rp 30
juta.
Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari,
ada seorang suami berpenghasilan 50 juta sebulan dan ada seorang suami dengan
penghasilan 1 juta sebulan. Perbadingannya 1 : 50, diperlukan waktu 50 bulan
untuk menyamai penghasilan suami berpenghasil 50 juta. Sekali lagi yang
membedakan adalah Reputasi yang dibentuk oleh kompetensi.
Oleh karena itu, selama kompetensi kita
masih kurang konsekuensinya adalah spend waktu yang lebih panjang, sambil
secara bertahap terus meningkatkan kompetensi
Salam Smart Life
Bogor. 20 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar