A Great Inspiring Story di share di
Salah satu Group WhatsApp Saya kemarin:
Pidato yang indah oleh
Sundar Pichai - seorang Alumni IIT-MIT dan Global Head dari Google
Chrome: Teori kecoa untuk Pengembangan Pribadi
Di sebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu
tempat dan mendarat di seorang wanita.
Dia mulai berteriak
ketakutan.
Dengan wajah yang
panik dan suara gemetar, dia mulai melompat, dengan kedua tangannya berusaha
keras untuk menyingkirkan kecoa tersebut.
Reaksinya menular,
karena semua orang di kelompoknya juga menjadi panik.
Wanita itu akhirnya
berhasil mendorong kecoa tersebut pergi tapi ... kecoa itu mendarat di wanita
lain dalam kelompok.
Sekarang, giliran
wanita lain dalam kelompok itu untuk melanjutkan drama.
Pelayan bergegas ke
depan untuk menyelamatkan mereka.
Dalam sesi saling
lempar tersebut, kecoa berikutnya jatuh pada pelayan.
Pelayan berdiri kokoh,
menenangkan diri dan mengamati perilaku kecoa di kemejanya.
Ketika dia cukup
percaya diri, ia meraih kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkannya keluar
dari restoran.
Menyeruput kopi dan
menonton hiburan itu, antena pikiran saya mengambil beberapa pemikiran dan
mulai bertanya-tanya, apakah kecoa yang bertanggung jawab untuk perilaku heboh
mereka?
Jika demikian, maka
mengapa pelayan tidak terganggu?
Dia menangani
peristiwa tersebut dengan mendekati sempurna, tanpa kekacauan apapun.
Yang mengganggu wanita
itu bukanlah kecoa, tetapi ketidakmampuan wanita itu untuk menangani gangguan
yang disebabkan oleh kecoa tersebut.
Disitu saya menyadari
bahwa, bukanlah teriakan ayah saya atau atasan saya atau istri saya yang
mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang
disebabkan oleh teriakan merekalah yang mengganggu saya.
Bukanlah kemacetan
lalu lintas di jalan yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk
menangani gangguan yang disebabkan oleh kemacetanlah yang mengganggu saya.
Reaksi saya terhadap
masalah itulah yang sebenarnya lebih menciptakan kekacauan dalam hidup saya,
melebihi dari masalah itu sendiri.
Pelajaran dari cerita
ini:
Saya mengerti, saya
tidak harus bereaksi dalam hidup.
Saya harus selalu merespon.
Saya harus selalu merespon.
Para wanita bereaksi,
sedangkan pelayan merespon.
Reaksi selalu naluriah
sedangkan respon selalu dipikirkan baik-baik.
Sebuah cara yang indah
untuk memahami ............ HIDUP.
Orang yang BAHAGIA
bukan karena Semuanya berjalan dengan benar dalam Kehidupannya ..
Dia BAHAGIA karena
Sikapnya dalam menanggapi Segala sesuatu di Kehidupannya Benar .. !! ,,,,,,,
Benar-benar indah,layak
dibaca
Teori Kecoa yang di share oleh
@kurniadiwidyanta itu membuat Saya merenungkan dan menemukan Teori KECOA 2 yang
Saya alami sendiri dalam hidup Saya.
Alkisah beberapa minggu yang lalu, Sabtu pagi, waktu Suami Saya di kantor, sedangkan Saya dan Anak perempuan Saya sedang menonton TV, muncul seekor KECOA, celingukan di depan kami. Anak Saya spontan mengangkat kakinya ke atas bangku, dan setengah menjerit berkata: "Mama.... ada KECOA. "
Alkisah beberapa minggu yang lalu, Sabtu pagi, waktu Suami Saya di kantor, sedangkan Saya dan Anak perempuan Saya sedang menonton TV, muncul seekor KECOA, celingukan di depan kami. Anak Saya spontan mengangkat kakinya ke atas bangku, dan setengah menjerit berkata: "Mama.... ada KECOA. "
Saya dengan sigap segera bangkit,
refleks mengambil sepatu kets Saya, membunuh KECOA itu, dan membuangnya keluar.
Beberapa hari kemudian, malam hari,
waktu Saya dan Suami Saya sedang menonton TV, muncul seekor KECOA (mungkin ini
saudara KECOA yang Saya bunuh datang untuk membalas dendam). Namun anehnya
waktu KECOA itu datang, refleks, Sayalah yang segera naik ke atas bangku dan
dengan spontan menjerit : "Papa... ada KECOA!"
Suami Saya berdiri dengan tenang
mengambil sapu, dan menyapu KECOA itu keluar.
Sesudah membaca Teori Kecoa untuk
Pengembangan Pribadi yang di Share Pak Kurniadi kemarin, Saya
tergelitik untuk memikirkan, kenapa reaksi Saya (terhadap KECOA) begitu
berbeda, saat suami Saya ada, dan saat suami Saya tidak ada?
1. Manakala Saya cuma berdua dengan Anak
Saya, naluri Saya mengatakan bahwa dialah yang harus di lindungi dan
Sayalah yang mau tidak mau, harus melindunginya
(dari KECOA)
2. Manakala Saya bersama dengan Suami Saya, yang terjadi adalah sebaliknya, naluri Saya mengatakan Sayalah yang harus dilindungi, dan Suami Saya lah yang paling bertanggung jawab untuk mengusir KECOA itu keluar.
2. Manakala Saya bersama dengan Suami Saya, yang terjadi adalah sebaliknya, naluri Saya mengatakan Sayalah yang harus dilindungi, dan Suami Saya lah yang paling bertanggung jawab untuk mengusir KECOA itu keluar.
Manakala Saya bersama-sama dengan dia, seakan-akan skill membunuh KECOA Saya
hilang. Anehnya di dalam berorganisasi,
terkadang kita menemukan juga hal yang demikian:
Manakala kita merasa kita adalah orang no.1 yang diberikan tanggung jawab untuk
menyelesaikan masalah, kita akan menjadi orang yang sangat berani untuk
bertindak, namun saat kita merasa ada orang lain yang lebih berwenang dan lebih
bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah, kita lepas tangan dan bahkan
ikut ketakutan, seakan-akan skill kita untuk menyelesaikan masalah
hilang. Disitulah terkadang saya merasa sedih.
Beberapa orang dominant yang Saya kenal,
berubah menjadi tidak dominant, begitu mereka bertemu dengan orang SUPER
DOMINANT . Begitu ada bersama-sama dengan orang yang dianggap lebih bisa
mengambil keputusan, orang-orang Dominant ini kehilangan skill pengambilan
keputusan mereka.
Padahal menunggu orang lain mengambil
keputusan untuk kita, sementara kita juga sebenarnya bisa mengambil keputusan
itu, akan membuat masalah menjadi lambat untuk diselesaikan.
Menunggu orang lain untuk menyelesaikan
masalah untuk kita, padahal sebenarnya kita juga bisa menyelesaikan masalah itu
akan membuat masalah jadi berlarut-larut, bukan cuma lambat diselesaikan, tapi
bisa juga terlambat diselesaikan.
Dear Leaders,
Pesan moral yang Saya dapat dari pengalaman bersama KECOA ini adalah, JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN KEPRIBADIAN KITA KARENA ORANG LAIN DI SEKITAR KITA, JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN KEKUATAN KITA KARENA ADA ORANG YANG LEBIH KUAT DI DEKAT KITA.
Pesan moral yang Saya dapat dari pengalaman bersama KECOA ini adalah, JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN KEPRIBADIAN KITA KARENA ORANG LAIN DI SEKITAR KITA, JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN KEKUATAN KITA KARENA ADA ORANG YANG LEBIH KUAT DI DEKAT KITA.
Jika kekuatan orang lain membuat kita menjadi lemah, maka organisasi akan
maju dengan lambat, namun apabila kekuatan orang lain, memacu kita untuk kita
juga semakin kuat, maka organisasi akan maju dengan kuat.
Jika Anda adalah seorang pembunuh KECOA,
janganlah kehadiran seseorang mengubah Anda menjadi seorang yang penakut pada
KECOA. Seperti yang diucapkan Suami Saya dengan mesra, waktu
Saya menceritakan teori KECOA ini tadi pagi: "Aku mau,
kamu ada dan tidak ada aku, tetap menjadi Milka yang pemberani"
Saya mengangguk " Ya Pah, Saya
janji mau berubah, nanti Saya akan buktikan kalau ada kecoa lagi" :D
Have a Great Week
End Great People
BE BLESSED - Milka Santoso
BE BLESSED - Milka Santoso
Salam Smart Life
Joko Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar