Akhir-akhir ini saya sering
mengantarkan anak perempuan saya berangkat sekolah. Mengantar ke sekolah
menggunakan mobil bukanlah pilihan bijak, akan membuat bad mood karena macetnya
jalan baru Bogor, dan berimbas anak terlambat sampai di Sekolah. Pilihan bijak
adalah menggunakan motor, cepat, murah dan anti macet, meskipun sedikit lebih
beresiko jatuh dibandingkan berkendara dengan mobil
Satu hal yang menggangu
kenyamanan berkendara motor roda dua adalah polisi tidur. Saya sangat memahami,
maksud dari si pembuat polisi tidur, adalah untuk menghindari pengendara ngebut
di lingkungannya dan yang bisa berakibat kecelakaan, kecelakaan yang
mencelakakan warganya, khususnya anak-anak. Selain motor yang ngebut akan
mengeluarkan suara bising yang sudah barang tentu akan menimbulkan polusi suara,
apalagi sekarang banyak orang-orang arogan yang mengganti knalpot mereka dengan
knalpot racing yang super bising (khusus
untuk orang-orang ini, segeralah bertobat, orang lain punya hak untuk hidup
tentram, orang lain mungkin bayar pajak, sedangkan loe mungkin malah gak bayar,
segeralah bertobat).
Kalau saya, tanpa polisi tidurpun,
dijamin tidak akan ngebut, tidak akan menimbulkan kebisingan, dan tidak perlu
dikawatirkan menimbulkan kecelakaan, jadi bagi saya polisi tidur hanya membuat
saya merasa sangat capek karena harus setiap saat injak rem, menjaga
keseimbangan, dan kemudian akselerasi lagi, begitu terus menerus. Bukan masalah
rem cepet habis, dan waktu tempuh yang jadi lebih lama. Saya tahu diri kok,
berkendara harus hati-hati, tidak perlu dipaksa hati-hati dengan polisi tidur,
dan saya memang tidak berminat untuk berkendara ngebut, buat apa, sudah tua,
mosok yoo ngebut. Dan knalpot saya juga masih orisinil, jadi tidak akan
menimbulkan kebisingan. JADI, buat apa ada polisi Tidur?? Tapi kan tidak semua
orang seperti saya, jadi ya memang harus ada polisi tidur (kalau pak polisi
nggak tidur kan bisa kecapekan dan sakit... heheheh bercanda)
36
polisi tidur
Melewati gang menuju sekolah
anak saya (SD Bina Insani), kami lewat jalan belakang sehingga memang tidak ada
pilihan lain untuk melewati jalan sempit ini. Gang ini tidak lerlalu jauh,
namun karena menembus rumah-rumah penduduk jadi berkelok-kelok sehingga terkesan
jauh. Padahal jaraknya mungkin gak lebih dari 1 km. Setiap melewati gang ini,
untuk mengjibur diri dan sekaligus menyalurkan bakat iseng, saya dan anak saya
menghitung jumlah polisi tidur di sepanjang gang ini. Dari awal saya yakin
jumlahnya pasti banyak, karena setiap 2 – 3 meter ada 1 polisi tidur, bahkan
ada di satu tikungan polisi tidur hanya berjarak 30 cm, hehehehe... mungkin
pada saat kerja bakti membuat polisi tidur, pak RT mewajibkan setiap 5 warga
membuat 1 polisi tidur, hehehehe.
Dan jumlah polisi tidur yang
bagi saya mubazir ini sangat fantastis... ada 36 menurut itungan anak saya dan
35 menurut hitungan saya, dan di perhitungan hari beributnya jumlah perhitungan
saya dan anak saya sama, 36 polisi tidur untuk jarak gang yang kurang dari 1 km.
Woow...
36 kali ngerem, 36 kali
menjaga keseimbangan, 36 kali akselerasi, bisa dibayangkan betapa capeknya pengendara
yang melintasi jalan ini.
Hidup
harus dijalani
Itulah hidup, harus dijalani..
Kenyataannya banyak hal yang
merugikan kita sebagai dampak dari orang lain yang bersikap tidak baik. Seperti
polisi tidur, dibuat untuk mengatur orang yang tidak punya aturan saat
berkendara, padahal sebagian besar orang tidak demikian.
Saat ini sedang gaduh mengenai
wacana kenaikan harga rokok, membuat halaman sosial media kita penuh dengan
obrolan yang bagi sebagian besar orang terganggu, toh nggak semua orang
merokok.
BeberaPa waktu sebelumnya, di
Indonesia ada rekor masa jabatan menteri tercepat, hanya 2 minggu “Arcandra
Tahar”. Orang Top ini awalnya digadang-gadang bisa membongkar dan menghentikan
para mafia Migas, namun paspor ganda sebagai Polisi Tidur untuk menjegal
langkahnya, polisi tidur yang dibuat oleh orang-orang yang merasa akan terancam
masa depannya dengan kehadiran Pak menteri ini. Bagi kita, pupus lagi sebuah
harapan untuk perbaikan negeri ini.
Jadi
gimana? Tetaplah
berbuat baik, ada atau tak ada Polisi Tidur, tak perlu dipaksa-paksa oleh
polisi tidur untuk hidup teratur dan tidak merugikan orang lain. Gak ada
salahnya buat diri kita, dan hidup teratur akan membahagiakan banyak orang,
syukur-syukur semakin banyak orang yang mengikuti jejak kita, sehingga kelak
tidak perlu lagi ada polisi tidur.
Salam
Smart Life
Joko Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar