Pada tulisan sebelumnya dengan judul “RESULT: EVENT +
RESPONSE “ sudah
dibahas secara detail bahwa kita adalah wujud dari keputusan-keputusan yang
telah dibuat.
Hidup ini, suka tidak suka selalu dihadapkan
pada pilihan yang selalu harus Anda putusakan. Kita akan dituntut untuk
mengambil suatu keputusan baik keputusan besar yang sangat penting maupun
keputusan kecil. Keputusan yang diambil akan menentukan apa yang akan terjadi
kemudian akan menjadi lebih baik ataupun sebaliknya, sangat tergantung
keputusan benar atau salah.
Anda
bisa memilih bangun tengah malam untuk sholat tahajud atau sebaliknya, Anda
bisa memilih malas bangun pagi atau sebaliknya, Anda bisa memilih semangat atau
sebaliknya, Anda bisa memilih berangkat kerja lebih awal atau on time seperti
biasanya, Anda bisa memilih sarapan masakan istri atau sarapan di kantor, dan
pilihan-pilihan lainnya. Ada puluhan bahkan ratusan keputusan yang harus Anda
buat dalam seharian, lengkap dengan konsekuensinya.
Orang bijaksana harus mengambil
keputusan yang terbaik sehingga tidak merugikan orang lain maupun diri anda
sendiri. Namun adakalanya Anda akan membuat keputusan yang salah, dan Anda jangan
pernah menyesali keputusan yang telah anda ambil tersebut, jalani saja.
Melibatkan
Emosi Secara Benar
Kita bicara tentang keputusan besar,
bukan keputusan untuk memilih baju, keputusan untuk memilih menu sarapan.
Anggap saja saat ini Anda dihadapkan untuk memutuskan “mengundurkan diri dari
pekerjaan”. Jelas bukan keputusan mudah..! Wati mengundurkan diri dari
pekerjaannya saat ini karena tidak tahan dengan kelakuan teman-temannya yang
bekerja malas-malasan, seolah hanya dia seorang yang rajin dan
bertanggungjawab. Yang terjadi, di tempat baru Wati akan mengajukan pengunduran
diri lagi, dan di perusahaan berikutnya lagi. Tidak ada yang menjamin bahwa dia
akan mendapatkan rekan kerja seperti harapannya.
Joni mengundurkan diri dari pekerjaan
karena pembayaran gaji sering terlambat, dia tidak tahan, susah mengatur
keuangan, semua tagihan adanya di awal bulan. Rita mengundurkan diri karena
bos-nya Galak... dan masih banyak alasan emosional lainnya yang bisa
menyebabkan seseorang mengundurkan diri.
Beberapa contoh emosi yang akan mempengaruhi
kita dalam mengambil keputusan, seperti ketidakpedulian, kesedihan, ketakutan,
keserakahan, kemarahan, kesombongan, keberanian, penerimaan, kedamaian (sumber: WISDOM on AIR; LIONMAG (The Infilght Magazine of
Lion Air); Edisi September 2013)
Melibatkan kemarahan dalam mengambil
keputusan berakibat menyakiti orang lain, keputusan salah, penyesalan, dan
sebagainya. Karena kemarahan akan menutup hati dan pikiran dari berbagai
pertimbangan yang sehat.
Melibatkan keserakahan dalam mengambil
keputusan berakibat kehilangan kendali atas logika, sehingga kurang teliti
dalam melakukan perhitungan dan pertimbangan.
Begitu pula dengan ketidak pedulian,
kesedihan, ketakutan, kesombongan, bisa berakibat pengambilan keputusan yang
salah dan timbul kerugian dan penyesalan di kemudian hari.
Lakukan pengambilan keputusan dengan penerimaan yang akan berujung pada
sesuatu yang baik, dengan keberanian yang
berujung pada kegigihan yang tiada bandingannya untuk menghasilkan keputusan
yang baik, dengan kedamaian menjadikan
sikap arif dan obyektif sehingga mampu menggali semua kemungkinan terbaik dalam
mengambil keputusan.
Buah
Simalakama
Tidak semua keputusan itu mudah. Pertama
kali bekerja di tahun 1995, saya dihadapkan pada pertanyaan yang harus dijawab
dengan benar, karena pertanyaan ini sebagai bagian interview. Apa yang akan kamu lakukan jika orang tuamu
sakit, kamu datang menjenguk atau mengirimkan uang? Kalau saya menjawab ‘menjenguk’
maka bos akan sewot karena saya akan meninggalkan pekerjaan untuk waktu yang
lama, tapi kalau saya menjawab ‘mengirimkan uang’ jangan-jangan orang tua saya akan
sembuh hanya dengan kehadiran anak-anaknya. Apakah jawaban saya saat itu? Ya,
tentu saja saya menjawab ‘mengirimkan uang’, bos seneng, tapi saya tambahkan
opsi bahwa meskipun saya tidak datang, saya memastikan saudara-saudara saya
untuk datang.
Pengalaman
akan memudahkan Anda
Setiap kejadian di sekitar kita adalah
ilmu yang wajib kita pelajari, alam dan lingkungan mengajarkan jutaan cara
menghadapi hidup. Bos saya pernah menyampaikan ke saya, dan kata-katanya saya
yakini benar sampai saat ini “setiap pelajaran yang dengan sengaja kita belajar
adalah sebuah anak kunci, bayangkan semakin sering belajar semakin banyak “anak
kunci” yang bisa digunakan untuk membuka “gembok persoalan”. Pengalaman akan
memudahkan kita mengambil keputusan, teruslah belajar. Bagi seorang karyawan
jangan pernah bekerja terpaku pada job desk, kerjakan pekerjaan lain, bantulah
teman bagian lain, mintalah pindah bagian, hal ini akan memperkaya ilmu (anak
kunci semakin lengkap).
Setiap
keputusan akan menjadi pelajaran untuk pengambilan keputusan berikutnya
Jangan kawatir, karena pada dasarnya tidak
ada pilihan yang salah, hanya beda pilihan beda hasilnya, tinggal selanjutnya Anda
perbaiki. Memilih berangkat kerja menggunakan mobil pribadi tidaklah salah,
hanya saja Anda akan sampai di kantor jauh lebih lama dan biaya yang
dikeluarkan lebih banyak. Akhirnya Anda mulai memikirkan alternatif ke kantor
lebih sering menggunakan mass transportation dibanding mobil pribadi. Memilih premi
asuransi yang murah tidaklah salah, hanya saja pada saat tagihan rumah sakit keluar
Anda harus nombok lebih besar. Akhirnya Anda belajar satu hal, membeli premi
lebih besar.
Selamat mengambil keputusan
Salam Smart Life
Joko Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar