Di Sebuah acara gathering rutin alumni Heart Speak
Indonesia, seorang nara sumber yang kebagian bicara di hari ini memberikan satu
statement yang keren untuk saya. Karena Pak Joko sudah membantu membuka acara
saya, dan sudah melanksanakan sebagian pekerjaan saya, sebagai ungkapan
terimakasih saya akan berikan Tips agar buku Pak Joko segera selesai. (di awal sebelum acara mulai saya
menyampaikan ‘keluhan’ bahwa saya menlis buku sudah 3 tahun tapi sampai
sekarang belum selesai)
“Jangan berusaha membuat master piece, biarlah pembaca
yang membuatnya menjadi master piece’ “percayalah, dalam waktu dekat buku Pak Joko
akan segera selesai, mengalir saja jangan menciptakan sesuatu yang sempurna”
Ternyata itu yang terjadi pada saya 3 tahun terakhir, setiap
artikel yang saya tulis, bisa saya tulis ulang sampai 3 – 4 kali, hanya karena
saya kawatir jangan-jagan tulisannya tidak menarik, jangan-jangan orang tidak
mau meneruskan membaca halaman berikutnya karena membosankan, jangan-jangan
susunan kalimatnya mbulet, dan puluhan alasan lain. Yang bersumber dari satu
hal, yaitu saya berharap tulisan saya sempurna. Siapa kamu? Pegang pena juga baru kemarin sore! Loo jangan salah
justru karena saya masih pemula tulisan saya harus tampil sempurna. Ok lanjutkan,
dan 10 tahun lagi bukumu tidak akan terbit juga..
Berharap segala sesuatunya sempurna, akan membuat Anda lambat,
bahkan suatu pekerjaan tidak selesai bila berharap kesempurnaan. Jadi sekarang
Anda sudah menyadari, apa yang selama ini membuat pergerakan kita lambat?
Berharap kondisi yang
ideal
Seorang Roger Crawford memiliki segalanya untuk menjadi
juara tenis, kecuali dua tangan dan satu kaki. Manusiawi bila kita berpikir
bahwa untuk memiliki prestasi adalah ketika semua dalam kondisi sempurna.
Bagaimana seorang beethoven yang mengalami gangguan pendengaran bisa
menciptakan karya musik yang mendunia? Bagaimana seorang Lein Amstrong
menderita kanker testis dan sudah menyebar, sehingga dokter memvonis
kemungkinan bertahan hidup hanya 40%, namun ketidak sempurnaan kondisi tubuh
itu mampu mengantarkan dia menjuarai rally sepeda paling berat dan paling bergengsi
‘tour de france’ selama 5 tahun berturut-turut (1999 – 2004)
Kalau saja laptop saya tidak lemot, pasti saya bisa
menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, kalau saja gaji saya mencukupi saya pasti
lebih produkti, seandainya bos saya memberikan support pasti target sales saya
tercapai, kalau saja istri saya pandai berdandan seperti istri-istri yang
lainnya saya pasti lebih bersemangat membahagiakannya, kalau saja jalanan tidak
macet saya tidak akan datang terlambat di kantor.
Resep manjur untuk tidak bahagia adalah berharap keadaan dunia
seperti yang Anda harapkan. Dan ketidak dunia tidak sesuai harapan Anda ‘marahlah’.
Itulah yang dilakukan oleh orang yang tidak bahagia.
- Bos SEHARUSNYA mengerti keadaan saya
- Teman SEHARUSNYA membalas budi saya
- Istri SEHARUSNYA menghargai saya
- Pemerintah SEHARUSNYA bisa mengatasi kemacetan
- Anak SEHARUSNYA mendengarkan saya orang tuanya
- Jadwal Kereta SEHARUSNYA tepat waktu
- Istri dan anak SEHARUSNYA mengingat tanggal ulang tahun saya
- Semua orang SEHARUSNYA jujur
Kelihatan sangat masuk akal “SEHARUSNYA”, seperti
keinginan yang sengat sederhana, lanjutkan saja dan saya jamin hidup Anda akan
merana.
Tidak perlu merubah dunia, yang perlu dirubah adalah cara
pandang kita menghadapi dunia. Tips sederhana, biasakan menyiapkan pilihan atas
semua yang Anda hadapi. Saya berharapa bos saya mengerti saya, tapi kalaupun
tidak saya tetap bisa bekerja maksimal, Saya berharap jadwal kereta selalu
tetap waktu, tapi saya bisa berangkat lebih awal agar jadwal kereta tidak
mengganggu jadwal saya, saya berharap semua orang jujur tapi akan saya mulai dari
diri saya terlebih dahulu. Hidup terasa damai, meskipun keadaan dunia tidak
berubah
Terbukti bahwa kita
selalu berhasil menghadapi masalah
Coba Anda ingat-ingat, apakah pernah mengalami permasalah
yang teramat berat, sampai-sampai membuat Anda frustasi, seakan-akan dunia
sudah berakhir untuk Anda, semua cara sudah dicoba tapi sepertinya buntu, sampai-sampai
menghakimi bahwa diri Anda gagal? Jangan kawatir, kita ditakdirkan untuk selalu
mampu menghadapi masalah, apapun kondisinya. Mau bukti? Buktinya adalah kita
masih eksis sampai saat ini.
Underestimate terhadap diri sendiri hanya akan mengakibatkan
kontra produktif, berharap keadaan membaik seperti harapan Anda hanya akan
membuat pergerakan kita lambat
Salam Smart Life
Joko Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar