Namun kesempurnaan ini justru membuat manusia sering
merasa kurang dan merasa tidak memiliki apa yang seharusnya dimiliki.
Mari kita cermati beberapa kalimat di bawah ini, dan mari cocokkan dengan diri kita masing-masing.
- Yang tinggal di gunung merindukan pantai dan yang tinggal di pantai merindukan gunung.
- Di musim kemarau merindukan musim hujan dan di musim hujan merindukan musim kemarau.
- Yang berambut hitam mengagumi yang pirang dan yang berambut pirang mengagumi yang hitam.
- Diam di rumah merindukan bepergian dan setelah bepergian merindukan rumah.
- Ketika masih jadi karyawan ingin jadi Entrepreneur supaya punya time freedom dan begitu jadi Entrepreneur ingin jadi karyawan, biar gak pusing...
- Waktu tenang mencari keramaian dan di waktu ramai mencari ketenangan.
- Saat masih bujangan, pengen punya suami ganteng/istri cantik dan begitu sudah dapat suami ganteng/istri cantik, pengen yang biasa-biasa saja, bikin cemburu aja dan takut selingkuh..
- Punya anak satu mendambakan banyak anak dan saat punya banyak anak mendambakan satu anak saja
Bersyukur untuk
bahagia
Demikian sifat dasar manusia, yang selalu merasa kurang, dan
perasaan inilah yang pada akhirnya membuat tidak bahagia. Kita tidak pernah
bahagia dengan pola pikir demikian, sebab segala sesuatu tampak indah hanya
sebelum dimiliki, namun setelah dimiliki tak indah lagi. Dengan demikian kapan
mau bahagia?
Kapankah kebahagiaan akan didapatkan kalau kita hanya selalu memikirkan apa yang belum ada, namun mengabaikan apa yang sudah
dimiliki tanpa rasa syukur? Kuncinya adalah mensyukuri apa yang dimiliki saat
ini.
"Bagaimana mungkin selembar daun yang kecil dapat menutupi bumi
yang luas ini? Jangankan bumi, menutupi telapak tangan saja sulit. Namun bila
daun kecil ini menempel di mata kita, maka tertutuplah bumi!"
Begitu juga bila hati ditutupi pikiran buruk sekecil
apapun maka kita akan melihat keburukan di mana-mana. Jangan menutup mata kita,
walaupun hanya dengan daun kecil. Jangan menutupi hati kita, walaupun hanya
dengan sebuah pikiran negatif!
Salam Smart Life
Joko Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar