Menghina Tuhan tak perlu dengan umpatan dan membakar kitabNya, Khawatir besok tidak bisa makan saja itu
sudah menghina Tuhan – Sudjiwo Tedjo
Seringkali kita merasa khawatir akan hari
esok, kawatir akan kesehatan, kawatir akan karir, kawatir akan rejeki. Apakah
saya masih bisa terima gaji setiap bulannya, apakah perusahaan tempat saya
bekerja bisa bertahan dari persaingan yang begitu berat. Kita paham bahwa biaya
hidup akan semakin besar di masa depan, memikirkan bagaimana nanti membiayai
anak sekolah, sementara untuk kebutuhan saat ini saja sudah memerlukan ekstra
ketat dalam mengatur pengeluaran.
Kenyataan bahwa kita seringkali kehabisan
uang sementara tanggal gajian masih lama, kadang ada kebutuhan
Bila kekawatiran ini bisa diolah menjadi
energy positif yang menggerakkan diri menjadi kreatif menjadi orang yang
pantang menyerah dan selalu berusaha lebih keras, maka hal ini bagus, dan
memang demikian seharusnya. Namun sebaliknya, bila kekawatiran membuat Anda
galau, membuat pesimis, selalu melihat kesulitasn-kesulitan yang akan dihadapi,
bukan melihat peluang, maka hal ini menjadi malapetaka.
Tuhan
menjamin rejeki setiap mahkluk
Satu hal yang pasti dan saya yakin kita
semua sudah memahaminya, bahwa Rejeki sudah diatur dan dijamin oleh Tuhan bagi
mahkluknya, selama mau berusaha. Belum pernah ada cerita seekor burung mati
karena kelaparan, kecuali si burung memang malas terbang untuk mencari makan.
Seekor cicak yang tidak bisa terbang, ditakdirkan memiliki makanan yang justru
bisa terbang. Tapi namanya rejeki yang sudah menjadi ketentuan Tuhan, selama
cicak mau berusaha maka makanan yang bisa terbangpun tetap bisa didapatkan.
Selama cicak mau berusaha. Seekor singa harus bisa berlari lebih kencang untuk
bisa mengejar dan menangkap rusa makanannya.
Intinya, setiap mahkluk hidup sudah dijamin
rejekinya oleh Tuhan, selama dia mau berusaha.
Tiga
Nada
Saya dan temen-temen kantor, hampir setiap
hari makan siang di Taman Roxy, selain harganya terjangkau banyak sekali
pilihan makanan dan tempatnya tidak jauh dari kantor, sehingga tidak memakan
banyak waktu, tinggal jalan kaki.
Yang menarik perhatian saya, seorang
pengamen yang menjajakan jasanya dari tenda ke tenda. Secara penampilan tidak
akan menarik perhatian siapapun, laki-laki muda, badannya tambun, pakaian
setahu saya tidak pernah ganti dan sudah tentu kumal dan kusam. Dengan percaya
diri, dia mengamen, saya perhatikan di setiap tenda yang dia mampir selalu saja
ada yang memberikan uang, entah 1000 atau 2000 rupiah. Kita akan memberikan
uang bagi pengamen ada 2 alasan, pertama karena kita terhibur, yang kedua
karena kita iba / kasihan.
O iya, kalau pengamen lain menggunakan alat
music gitar sambil bernyanyi, cowok ini mengamen dengan cara memainkan suling.
Yaa, memainkan suling sudah seharusnya menjadi penyejuk karena alunannya yang
merdu dan mendayu, makan sambil mendengarkan alunan suling, serasa makan di
saung sunda, makan menjadi lahap dan nyaman, meskipun kita sedang makan di
bawah tenda yang kadang-kadang ada daun yang jatuh di atas piring kita.
Tentang Tuhan sudah menjamin rejeki setiap
mahkluknya, si pengamen muda ini juga sudah barang tentu dijamin rejekinya,
terbukti badannya tambun, tidak kelihatan sama sekali kalau dia kekurangan makan.
Tentu saja yang dia mainkan bukanlan alunan
seruling yang merdu, bukan juga menggunakan seruling yang bagus dengan nada
doremi yang lengkap. Tapi yang dia gunakan adalah seruling yang terbuat dari
pralon, dan diberi 3 lubang untuk membuat nada yang berbeda. Dia tidak akan bisa
memainkan sebuah lagu dengan sulingnya. Ya benar sekali, dia memainkan suling
bikinannya ini hanya dengan kombinasi 3 note saja, diulang-ulang, tidak merdu,
tidak ada lagu dan tidak enak untuk didengar. Tapi begitulah cara Tuhan memberikan rejeki pada pengamen ini, HANYA
DENGAN 3 NADA, tapi dia mampu mendapatkan uang dengan cara tersebut.
Cerita tentang pengamen lainnya, saya
pernah juga melihat seorang pengamen dalam bus metromini, dengan gitar dan dia
berusaha bernyanyi, sementara dia adalah seorang tuna wicara. Wow, seorang tuna
wicara mengamen dengan cara bermain gitar dan bernyanyi? Yaa, betul sekali, dan
ini nyata. Begitulah cara Tuhan menjamin rejeki mahkluknya.
Jalani
hidup dengan optimis
Kesimpulan dari cerita di atas adalah, agar
kita tidak perlu khawatir dalam menjalani hidup, tidak perlu khawatir akan rejeki,
karena masalah rejeki sudah diatur oleh Tuhan. Jalani saja hidup ini dengan tenang, jalani
hidup dengan semangat dan optimis, ditambah dengan usaha yang pantang menyerah.
Salam
Smart Life
Joko
Ristono