Hidup
itu dijalani saja, seperti air mengalir!
Begitu
kira-kira kata banyak orang bijak. Setuju sih! Mungkin maksudnya jangan terlalu
dipusingkan, jalani saja, jangan dibuat stress! Tapi kalau dipikir-pikir lebih
dalam, rasanya kata-kata tersebut bisa menyesatkan bagi yang salah menafsirkan.
Tersirat kata pasrah, tidak harus mati-matian berusaha, takdir hidup sudah
ditentukan buat apa berkerja keras, jalani saja, tidak perlu dipusingkan, tidak
ambisius dan makna negatif lain-lainnya...
Biarkan
hidup mengalir seperti air, kalau demikian adanya... hati-hati loo, karena yang
biasa dibawa oleh air mengalir adalah kotoran... hehehe bayangkan kalau hidup
mengikuti air mengalir, siapa diri kita?
Sementara
itu, hidup adalah milik para pejuang, pejuang yang memiliki mimpi, pejuang yang
telah menentukan jalan hidup, pejuang yang berprinsip, pejuang yang memiliki
rencana jelas! Pejuang tidak akan mengalir seperti alir, pejuang menentang
arus, anti mainstream, tidak ikut-ikutan, punya kayakinan...
Seorang
memiliki rencana dan target yang jelas akan melakukan segala cara untuk
merealisasikannya. Hati-hati dengan “segala cara” yang saya maksud, bukan
menghalalkan segala cara, tapi hanya cara-cara kreatif, punya plan a sampai z,
rencana tindakan yang tidak mengorbankan orang lain.
Ketika
seorang pria menetapkan tujuan atau target tahunan, dia memiliki kesepakatan
dengan keluarga, anak dan istri, untuk merealisasikan beberapa target! Semua
target yang ditetapkan menjadi prioritas untuk diwujudkan, mulai dari umroh
bersama keluarga, renovasi rumah, target prestasi sekolah anak, mobil baru
untuk istri, menambah jumlah anak yatim yang disantuni dan target lainnya.
Konsekuensi dari target adalah tersedianya sejumlah rupiah yang tentunya tidak
sedikit, jumlah uang yang akan memaksanya bekerja keras dan di tempat yang
tepat! Ingat... Target ditetapkan harus jauh diatas kemampuan yang saat ini
dimiliki, hal inilah yang akan membuat
seseorang berkembang karena berupaya lebih keras melakukan hal belum pernah
dilakukan sebelumnya. Einstein bilang “hanya orang gila yang menginginkan hasil
berbeda dengan upaya yang sama”. Mario Teguh bilang “target itu adalah hal yang
besar yang secara hitungan tidak bisa dicapai dengan kondisi saat ini.
Kembali
ke si Pria tadi, dia akan mulai menghitung keuangannya, apakah gaji dan
penghasilan dari pekerjaan yang sekarang memungkinkan untuk merealisasikan
target? Harusnya tidak mencukupi, sebab kalau mencukupi berarti target terlalu
kecil. Secara hitungan penghasilan tidak mendukung! Apa yang dilakukan? Pertama,
menghadap bos, meceritakan target pribadi dibandingkan dengan penghasilan, dan
mulai melakukan negosiasi! Yang perlu diingat hanya bila memiliki kompetensi
yang bisa dijualah yang berhak untuk melakukan negosiasi, bahasa kerennya
“ngaca dulu”... Apa jawaban Bos? “oh tidak bisa, kondisi perusahaan tidak
memungkinkan, mohon maaf”. Si pria pun mulai memikirkan cara lain! Kedua,
si pria harus mencari pekerjaan lain dengan penghasilan yang memungkinkan untuk
merealisasikan target pribadi. Dalam hal ini “ngaca dulu” lagi! Pekerjaan
memeang banyak, tapi belum tentu sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Ketiga,
cari penghasilan sampingan tanpa meninggalkan pekerjaan. Hal ini biasanya tidak
berhasil, karena hanya dengan fokus makan seseorang bisa memberikan performa
maksimal. Dan masih ada pilihan terakhir, yaitu memangkas Target! Saya sama
sekali tidak menganjurkan cara ke-empat.
Intinya,
seorang pria harus mewujudkan mimpinya, dan untuk mewujudkan mimpi dia harus membuat
keputusan besar!
Salam
Smart Life
Joko Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar