Kita berada di sini bukan untuk dihukum, kita berada di sini untuk dididik. Setiap kejadian berpotensi mengubah kita, dan bencana memiliki potensi paling besar untuk mengubah cara berpikir kita. BERSIKAPLAH SEOLAH-OLAH SETIAP KEJADIAN ADA MAKSUDNYA, MAKA KEHIDUPAN ANDA AKAN ADA MAKSUDNYA. Cari tahulah mengapa Anda membutuhkan suatu pengalaman, taklukkan itu, maka Anda akan membutuhkannya lagi - Andrew Matthews
Kadang kala kita memang membutuhkan sebuah
bencana untuk berubah. Tengok usaha pemerintah saat ini dalam memberikan
kesadaran kepada masyarakat yang merokok, upaya yang dilakukan saat ini adalah
memasang gambar-gambar menyeramkan berserta tulisan “merokok membunuhmu” di
bungkus rokok, di baliho, di iklan layanan masyarakat. Gambar-gambar tersebut
menggambarkan berbagai penyakit mengerikan yang diakibatkan oleh merokok. Tujuannya
adalah agar masyarakat sadar bahaya merokok dan mulai meninggalkannya. Sebelumnya,
selama puluhan tahun pada bungkus rokok dituliskan “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan
gangguan kehamilan dan janin”. Jangankan sekedar tulisan, gambar yang
mengerikan saja tidak cukup menggugah kesadaran para perokok untuk berhenti.
Kenapa? Psikologi manusia, tidak mudah ditakuti dengan gambar, dengan cerita,
atau sekedar saran! Orang akan sadar adalah ketika dia mengalaminya sendiri,
dan hal ini sudah terlambat.
Dalam dunia kesehatan, Indonesia termasuk
Negara kuratif, meskipun sudah mulai mengarah pada preventif. Kita baru
melakkan tindakan, misalnya beli obat, ke dokter, ke rumah sakit, ketika sakit
sudah datang, Ini yang disebut dengan kuratif. Bukan Cuma masyarakatnya, namun
kalangan medis juga masih cenderung melakukan penanganan dan pelayanan yang
bersifat kuratif. Padahal sebenarnya kalau konsep preventif dijalankan, hamper
semua penyakit (bencana) itu menunjukkan gejala dan tanda – tanda sebelum
benar-benar terjadi.
Pengalaman pribadi saya, terjadi sekitar
tahun 2010, saat hidup saya terpuruk (dan saya merasa ini merupakan sebuah
bencana). Gaji tidak cukup, hutang kartu kredit menumpuk dan hanya mampu
melakukan minimum payment, selalu gali lubang tutup lubang, sementara kebutuhan
hidup semakin meningkat. Sempat berpikir untuk memindahkan anak-anak ke sekolah
negeri yang gratis untuk mengurangi beban biaya, tapi sebagai seorang bapak
saya tidak ingin mengkhianati anak-anak saya yang selalu menunjukkan prestasi.
Dengan segala kesulitan hidup tersebut menyadarkan saya untuk mendekatkan diri
pada-Nya. Jadi rajin sholat tahajud, sholat dhuha setiap hari, sedekah jalan
terus meskipun kondisi susah, puasa sunah senin kamis. Dan selang setahun atas
semua mendekatkan diri pada-Nya berbuah, saya diberikan penghasilan 2.5 kali
dari penghasilan saya selama ini. Pertanyaannya, kenapa harus terjadi kesulitan
terlebih dulu untuk mendekatkan diri pada-Nya?
Inilah
diri kita – Sangat Manusiawi!
- Kapan Anda akan rajin berdo’a dan beribadah? KETIKA HIDUP TERASA BERAT DAN BERANTAKAN
- Kapan Seorang pelajar akan Rajin Belajar? KETIKA NILAI RAPOR MERAH DAN TERANCAM TIDAK NAIK KELAS
- Kapan kita akan Rajin Olah Raga? KETIKA TEMAN / REKAN KITA TERKENA SERANGAN JANTUNG / STROKE DAN MENINGGAL
- Kapan kita akan Diet? KETIKA SEMUA BAJU DAN CELANA KITA SUDAH TIDAK MUAT LAGI
- Kapan pasangan akan mengungkapkan "I love U" pada pasangannya? KETIKA TERANCAM PUTUS DAN TERANCAM CERAI UNTUK PASANGAN SUAMI ISTRI
- Kapan kita berniat mau berubah menjadi lebih baik? KETIKA HIDUP KITA MENTOK DAN BERANTAKAN DAN TERPURUK
- Kapan kita akan rajin bekerja ? KETIKA KONTRAK KERJA MAU HABIS ATAU POSISI TERANCAM DIGANTIKAN ORANG LAIN
- dan seterusnya...
Kebanyakan dari
kita akan bersikap demikian, dan sayangnya ketika kita melakukan semua itu
sebenarnya sudah terlambat, yang artinya tidak akan banyak membantu dan kecil
kemungkinan akan bisa memperbaiki keadaan.
- Rajin bekerja
ketika terancam putus kontrak, hasilnya adalah "putus kontrak"
karena terlambat.
- Rajin belajar
karena terancam dikeluarkan dari sekolah, hasilnya adalah “harus cari
sekolah baru” karena terlambat
- Diet ketika
baju dan celana sudah tidak muat lagi, hasilnya adalah "harus beli
baju baru" karena terlambat.
- Bilang sayang
/ I love you saat hubungan terancam putus, hasilnya adalah
"putus" karena terlambat...
- Rajin olah raga karena melihat teman sebaya terkena
serangan jatung, hasilnya adalah sudah terjadi penyumbatan di coroner
kita, karena terlambat
Saya rasa Anda setuju, dan hal tersebut sangat manusiawi,
dan apakah kita termasuk kebanyakan atau menjadi orang spesial yang mampu
membaca tanda-tanda sebelum semuanya terlambat. Apakah Anda rajin berolah
raga sebelum coroner Anda tersumbat? Apakah Anda mengotrol asupan kalori
sebelum baju dan celana Anda tidak muat lagi? Apakah Anda mengungkapkan kasih
sayang pada pasangan Anda sebelum hubungan di ambang perpisahan?
Sayangnya semua terjadi begitu pelan-pelan tanpa kita
sadari. Kolesterol memerlukan waktu 5 – 20 tahun untuk menyumbat Coroner Anda,
berat badan naik hanya 0.5kg/bulan, seolah tidak terjadi peningkatan berat
badan, tapi setahun kemudian harus ganti ukuran celana, hubungan dengan
pasangan memburuk dalam jangka waktu yang lama, tidak serta merta menjadi
buruk.
Coba Anda bayangkan bila bangun tidur tiba-tiba berat
badan kita naik 20 kg pasti kita akan panik, lari ke dokter dan berusaha keras
untuk mengupayakan berat badan kembali.
Coba Anda bayangkan kalau tiada angin tiada hujan tiba-tiba Istri minta cerai, pasti kita setengah mati untuk menyelamatkan hubungan. FAKTANYA ... tidak ada yang tiba-tiba, semua MASALAH / BENCANA di atas adalah proses yang terjadi pelan dan perlahan. Bagi yang tidak peka, tidak belajar membaca tanda-tanda tidak akan pernah menyadarinya. Seolah-olah yang terjadi kemana saja pada saat proses itu terjadi?
Coba Anda bayangkan kalau tiada angin tiada hujan tiba-tiba Istri minta cerai, pasti kita setengah mati untuk menyelamatkan hubungan. FAKTANYA ... tidak ada yang tiba-tiba, semua MASALAH / BENCANA di atas adalah proses yang terjadi pelan dan perlahan. Bagi yang tidak peka, tidak belajar membaca tanda-tanda tidak akan pernah menyadarinya. Seolah-olah yang terjadi kemana saja pada saat proses itu terjadi?
Katak Rebus
Ingat kisah klasik mengenai fenomena katak rebus? Mungkin
sudah puluhan kali Anda mendengarnya, tapi tidak ada salahnya saya ceritakan
ulang. Katak kita masukkan ke dalam panci yang ada airnya, air dipanaskan dalam
tungku secara perlahan, si katak... oooh enaaak sekali airnya hangat, waaah
semakin hangat nich enak sekali berendam di air hangat ini, tanpa disadari
karena merasa nyaman akhirnya si katak mati dan matang terebus. Coba kalau tiba-tiba
katak dimasukkan dalam air mendidih, maka serta merta akan melompat dan
menyelamatkan diri. Itulah yang terjadi pada kita, kamampuan BERADAPTASI dengan
perubahan yang sebenarnya adalah tanda-tanda yang diberikan alam untuk
terjadinya semuah bencana.
Yuk kita belajar jadi manusia yang bisa baca tanda-tanda
yang ada sebelum terjadi bencana.
Salam Smart Life
Joko Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar