Kreativitas adalah menemukan, menjalankan, mengembangkan,
mengambil resiko, menghancurkan kebakuan, membuat kesalahan, dan menjalankan
semuanya tanpa bebam – Mary Lou Cook
Saya pernah merasakan pelayanan PLN
saat pak Dahlan Ihsan menjabat sebagai dirut PLN periode 2009 – 2011. Pasti
Anda setuju bahwa bapak yang satu ini memiliki gaya kepemimpinan yang tegas,
blak-blakan dan type pekerja keras. Pada tahun 2010-an, saya agak lupa, kantor
cabang perusahaan saya yang di Surabaya ada masalah dengan travo yang meledak
dan tagihan yang tanpa sepengetahuan kami ada tunggakan, yang baru diketahui
setelah kejadian ini. Untuk urusan ini kami terpaksa beberapa kali datang
langsung ke kantor cabang PLN yang di embong trengguli kalo nggak salah. Yang
membuat saya terkesan bukan pelayanannya, tapi poster motivasi yang ditempel di
setiap ruang kerja mereka “MBUK YO’OPO CARANE KUDU ISO” & “KERJO – KERJO –
KERJO”. Slogan khas bahasa Surabaya, dan itu adalah kata-kata motivasi
dari sang Dirut untuk menyemangati
seluruh karyawan PLN seluruh nusantara. Mantab.
Apapun caranya, harus bisa!
Dalam bahasa jawa seperti judul di
atas, mbuh yo opo carane, kudu iso! Ungkapan ini mengandung semangat yang sangat
luar biasa, fokus pada tujuan yang ingin dicapai, tidak peduli kesulitan dan
rintangan yang bakal dihadapi, harapannya hanya satu “tujuannya tercapai”.
Kisah Raeni si Anak Tukang Becak Kejar Ilmu Hingga
Inggris (Liputan6, 13 Juni 2014)
Raut wajah Mugiyono berseri-seri tak kuasa menahan senyum
yang menampilkan deretan giginya yang putih. Dia bersemangat mengayuh becaknya
mengantar gadis manis yang berdandan rapi dan memakai toga wisuda. Maklum,
gadis yang menumpang becaknya adalah putri bungsunya.
Raeni, namanya. Penerima beasiswa Bidik Misi yang
mengambil Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri
Semarang (Unnes) itu, berangkat ke lokasi wisuda dari indekosnya diantar
ayahnya dengan becak.
Ayah Raeni memang bekerja sebagai tukang becak, yang
setiap hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal.
Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono, setelah ia berhenti
sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Penghasilannya tak menentu. Sekitar Rp
10-Rp 50 ribu per hari. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam
sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.
Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan
prestasinya. Dia beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Sempurna! Prestasi
itu dipertahankan hingga ia lulus, sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawati
terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,96.
Raeni juga menunjukkan tekad baja, agar bisa menikmati
masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya. "Selepas lulus
sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Pengin-nya melanjutkan (kuliah) ke
Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi," kata gadis yang bercita-cita
menjadi guru tersebut. "Sebagai orangtua hanya bisa mendukung. Saya rela
mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan
pesangon," kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.
Rektor Unnes Fathur Rokhman mengatakan, apa yang
dilakukan Raeni membuktikan tidak ada
halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan
berprestasi.
Ubah Minder
Jadi Prestasi
"Dulu pernah minder orangtua tukang becak. Tapi,
kenapa minder? Beliau orangtua saya, mendidik saya, meski tidak memberi biaya
hidup banyak (saat kuliah), tapi mendukung saya. Saya sangat bangga,"
katanya.
Selama kuliah, ia dikenal cerdas dan disiplin. Bahkan,
berkali-kali menjuarai lomba dan memperoleh hadiah uang tunai, yang sebagian
disisihkan untuk diberikan kepada orangtuanya, Mugiyono dan Sujamah.
Gadis kelahiran 13 Januari 1993 itu juga sangat aktif di
kampus, antara lain dengan menjadi Tenaga Laboratorium Asistenship Pendidikan
Akuntansi FE Unnes dan Tenaga Laboratorium Asistenship Jurusan Pendidikan
Ekonomi FE Unnes. Nilai 4 dalam IPK-nya seakan menjadi rutinitas sejak masuk
kuliah. Menurut Raeni, manajemen waktu
menjadi kunci suksesnya. Raeni mengaku sangat mengatur waktu belajarnya
bahkan ketika jeda pergantian jam mata kuliah.
Meski belajar dan mengerjakan tugas menjadi prioritas
saat kuliah, ia tetap menjaga komunikasinya dengan teman-teman. "Kalau
jeda kuliah saya juga interaksi dengan teman, update info juga," katanya
Penerima beasiswa Bidikmisi itu tidak hanya disiplin
dalam hal akademik. Di kehidupan sehari-harinya di kos, Raeni tetap dikenal
sebagai sosok disiplin oleh penghuni dan ibu kos. Ia selalu berusaha
menjalankan salat berjamaah di Masjid, seperti yang diajarkan orangtuanya.
Sejak kuliah ia nyaris tak pernah merepotkan kedua
orangtua. Sejak semester 3, Raeni sudah berusaha mencari penghasilan tambahan
dengan memberikan les private kepada murid SMA.
Sosok Mugiyono yang sempat membuatnya minder, ternyata
mampu membentuk Raeni berdisiplin, sportif, dan hidup sederhana.
Ditawari
Beasiswa ke Inggris
Kepala Humas Unnes Sucipto Hadi Purnomo mengabarkan,
sejumlah perusahaan menyatakan minatnya untuk merekrut sarjana pendidikan
ekonomi ini bekerja. Selain itu, sebuah foundation juga menyatakan minatnya
menyeponsori gadis kelahiran Kendal ini kuliah S2 di Inggris. Senada dengan
itu, Rektor Unnes akan memfasilitasi Raeni untuk kuliah S2 seperti
cita-citanya. "Beasiswa itu kami upayakan dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan," katanya.
Raeni telah memberikan pesan penting kepada kita bahwa
pendidikan dapat menjadi alat memotong mata rantai kemiskinan. Pemerintah telah
mengupayakan supaya anak-anak berpestasi dari keluarga tidak mampu dapat
menikmati pendidikan tinggi. Selain itu, yang paling penting dari diri Raeni
adalah tentang pentingnya kesungguhan. Dia membuktikan kepada kita semua,
kondisi keluarga yang berkekurangan tidak jadi kendala jika diiringi dengan
tekad yang kuat.
Kisah Raeni ini
sudah cukup menjelaskan, bahwa apapun kondisinya, selama punya kemauan yang
kuat, tujuan pasti tercapai. Saat fokus pada tujuan, maka kita akan memiliki
kekuatan yang membuat kita menjadi sangat kreatif untuk menemukan jalan dan
untuk menghadapi semua rintangan. Yang penting adalah tujuannya positif, dan
cara-cara yang dilakukan tidak merugikan orang lain, rasanya slogan “mbuh
yo’opo carane kudu iso” patut dijalankan.
Bayangkan bila kita
memiliki semangat dan mental seperti ini, akan semakin banyak orang sukses,
semakin maju pula Negara ini, karena semangat pantang menyerah, karena
kreativitas.
Bagaimana agar saya menjadi kreatif
Anda mungkin salah
satu penggemar film serial tv tahun 80-90 an, ya “Mc Giver” sosok muda, cekatan
yang selalu mampu memecahkan semua masalah yang dihadapinya. Dalam setiap
cerita film-nya, digambarkan bagaimana mc Giver mampu meloloskan diri dari
situasi sulit. Yang Unik adalah dia selalu mampu menggunakan apapun benda yang
ada di sekitarnya untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk menyelamatkan
dirinya. Begitulah kehidupan, setiap masalah selalu disetai dengan solusinya.
Alam telah menyediakan semua yang kita perlukan dan kreativitas kita yang akan
memanfaatkan keterlimpahan tersebut.
Supaya saya bisa
bilang “mbuh yo’opo carane kudu iso”, berarti saya harus kreatif, dan menjadi
kreatif itu tentu tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa (baca artikel, menjadi kreatif itu mudah).
Secara ringkas dalam tulisan ini, Andapun bisa menjadi kreatif dengan beberapa
cara sebagai berikut: Anda harus menjadi gelas yang kosong dan
terbukan untuk menerima masukan dan pengetahuan baru, terbuka dengan berbagai
hal, termasuk terbuka dengan apa yang kita kerjakan yang akhirnya kita tulus
melakukannya, ketulusan akan membuat Anda lebih kreatif. Selanjutnya untuk
kreatif Anda harus Percaya diri, berteman
dengan mereka yang kreatif, senantiasa belajar, bencilah pada rutinitas, selalu
bertanya “why dan how come”
Selamat mencoba!
Salam Smart Life
Joko Ristono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar