Seberapa sering Anda mendengar kata
NANTI….
Saya
akan menikah Nanti kalau sudah kaya (pertanyaannya kapan kaya???)
Saya
akan bahagia Nanti kalau punya istri cantik (laah kamu ganteng nggak???)
Banyak
yang menyampaikan Nanti, tapi tanpa tenaga! Menyampaikan kata nanti tanpa
diikuti dengan upaya untuk mewujudkan NANTI seperti yang kita idamkan!
Apa
yang menjadikan kita saat ini adalah sesuatu yang kita lakukan di masa lalu!
Saat ini adalah nanti bagi masa lalu, lihatlah apa yang telah anda lakukan yang
membentuk Anda saat ini! Sesuatu yang besar yang kita lakukan di masa lalu,
akan menjadikan besar di saat ini, sebaliknya sesuatu yang kecil, sesuatu yang
tidak berarti, sesuatu yang biasa saja, tidak akan membuat kita jadi apa-apa
saat ini!
Mungkin
saat ini anda menjadi idola di kantor, yang membuat anda bahagia!
Mungkin
saat ini anda memiliki gaji besar, yang membuat anda mampu memenuhi kebutuhan
hidup anda!
Mungkin
saat ini Anda jadi kandidat tunggal direktur keuangan di perusahaan Anda!
Mungkin
saat ini Anda diidolakan ibu-ibu di komplek sebagai Suami idaman!
Mungkin
anak-anak sangat dekat dan bergantung pada Anda!
Pertanyaanya
berikutnya… apakah ada yang telah ANDA LAKUKAN di masa lalu, sehingga
menjadikan Anda seperti sekarang ini? Menjadi idola, menjadi idaman, menjadi
calon direktur, memiliki gaji besar! Tanpa disadari atau dengan sadar Anda
sudah melakukan sesuatu yang besar. Misal anda mebaca buku lebih banyak dari
orang lain, Anda mengikuti seminar sementara orang lain menggunakan uangnya
untuk jalan-jalan dan senang-senang, Anda membelikan bunga istri anda sementara
orang lain kepikiranpun tidak, Anda melakukan pekerjaan jauh lebih banyak
dibandingkan job desk yang seharusnya wajib Anda lakukan, dan hal besar lain
yang orang lain tidak lakukan!
Pertanyaan
berikutnya… apa yang ANDA LAKUKAN SAAT INI untuk mewujudkan keadaan nanti
seperti yang Anda idamkan! Apakah ada yang anda lakukan saat ini yang akan
menghebatkan Anda suatu saat nanti? Apakah sesuatu yang kebanyakan orang
lakukan atau sesuatu yang besar?
Kalau
saat ini kita tidak bisa menjawab secara yakin atas pertanyaan tersebut, tidak
ada kata terlambat untuk mewujudkan Nanti seperti yang Anda idamkan !
Apakah
ada jaminan kalau saya melakukannya ada jaminan bahwa masa depan saya akan
lebih baik? Melakukan hal besar memang tidak ada jaminan bahwa kita akan sukses,
tapi tidak melakukan sesuatu yang besar dijamin kita akan menua tanpa menjadi
hebat! Pilih yang mana?
Contoh:
Apakah
dengan saya membaca 1 judul buku dalam 1 minggu, akan menjamin masa depan saya
lebih baik?
Apakah
saya olah raga seminggu 3 kali bisa menjamin saya tidak terkena serangan
jantung suatu saat?
Apakah
dengan bangun 1 jam lebih awal dari orang lain membuat saya lebih baik dari
mereka?
Apakah
dengan memberikan perhatian pada istri saya, akan menjadikan saya suami idaman?
Jawabannya
TIDAK ADA JAMINAN… tapi bila Anda tidak melakukan DIJAMIN Anda akan mengalami
masalah suatu saat nanti.
Pilihan
untuk sampai dalam keadaan NANTI yang lebih dihargai adalah dengan melakukan
sesuatu yang berharga saat ini.
Ungkapan yang lazim kita dengar:
Saya
akan rajin kalau digaji lebih besar dari sekarang
Saya
akan ramah kalau dia rama kepada saya
Saya
akan bahagia kalau punya mobil mercy
Saya
akan peduli kalau orang lain peduli
Saya
akan tertib kalau orang lain tertib…
Dan
sebagainya….
Semua
ungkapan diatas mengandung unsur kata “nanti”,
yaitu “nanti kalau”. Yang artinya kita baru akan bergerak dan berupaya kalau
keadaan membaik dan mendukung.
Jangan
menunggu segala sesuatu baik baru dulu, sebelum anda berupaya:
-
Menunggu
modal untuk berbisis
-
Menunggu
orang lain baik dulu baru baik
-
Tunggu
suami baik dulu baru saya ramah
Bayangkan
kalau semua orang menunggu segala sesuatu baik terlebih dahulu… TERUS SIAPA
YANG AKAN MEMBAIKKAN KEADAAN?
Jadi
kesimpulannya… jangan menunggu keadaan membaik, kitalah yang harus membaikkan
keadaan.
SEANDAINYA BOLEH MENYALAHKAN ORANG
LAIN!
NANTI
kalau keadaan membaik pasti saya sukses!
Dalam
keadaan yang tidak mendukung, keadaan yang tidak membaik, keadaan yang tidak
menguntungkan, seringkali kita menyalahkan orang lain.
Saya
pernah dengan satu ungkapan dan saya meyakininya, tentang bagaimana merespon
suatu kondisi. Kalimat tersebut "Apapun yang terjadi dan kita alami sama
sekali bukan kesalahan orang lain, tapi diri kitalah yang paling pantas
disalahkan" Awalnya saya menolak dan menyampaikan banyak argumen bahwa
pernyataan itu salah, dan sejuta argumen memang dengan mudah bisa ditemukan
untuk menyangkal dan membela diri.
Kalau
saya tinggal di keluarga miskin saat ini, itu juga kesalahan saya? bukan dong!
memang saya bisa memililh agar saya dilahirkan dari rahim ibu presiden! jadi
bukan keselahan saya dong. Coba
kalau orang tuaku kaya, pasti saya bisa sekolah di luar negeri dan pulang ke
dalam negeri bisa sukses seperti dirimu! Jadi bukan salah saya dong kalo kamu
lebih sukses dari saya!
Pekerjaan
ini kan melibatkan banyak bagian, kalau sekarang tidak berjalan, yaa jangan
salahkan saya! faktanya bagian saya sudah saya kerjakan, bagian lain memang
lambat dalam bekerja, makanya proyek ini tidak berjalan!
Banyak
lagi contoh yang dengan mudah ditulis di sini!
Pasti
setiap saat juga dengan mudah kita bisa menemui orang yang selalu menyalahkan
keadaan dan orang lain, dalam upaya untuk mecari pembelaan dan penyelamatan
diri. semoga kita tidak termasuk yang demikian.
Kalau
ada orang lain naik mercy, sementara kita masih naik metromini... salah siapa?
salah orang yang naik mercy?
Kalau
temen Anda saat ini sudah jadi direktur dengan penghasilan 200 juta per bulan,
sementara anda saat ini masih berpenghasilan 5 koma, maksudnya tanggal 5 sudah
koma! apakah itu salah temen Anda yang jadi direktur
Kalau
saat ini masih jadi pelanggan tetap Gramedia, sementara temen Anda puluhan
bukunya sudah nangkring di gramedia! salah Anda atau salah temen Anda?
Kalau
teman anda punya banyak relasi sehinggan bisnisnya lancar, sementara anda cari
satu prospek untuk anda tawarin asuransi saja susah setengah mati! salah siapa??
dan
seterusnya!
Intinya,
apapun yang terjadi dan menimpa kita saat ini -- murni kesalahan kita, relatif
nggak ada campur tangan orang lain. Jadi kalau anda tidak sukses, kalau anda
tidak punya tabungan, kalau anda nggak punya temen, kalau anda masih naik
metromini, ... kalau temen anda sudah umroh 2 kali dan naik haji sekali,
sementara Anda sholat wajib saja masih bolong-bolong! SALAHKAN DIRI SENDIRI!
Lihatlah,
pasti banyak hal besar yang
mereka lakukan dan sementara anda hanya membayangkan! itu yang membedakan, itu
KESALAHAN kita!
LAKUKANLAH YANG ANDA TAKUTI,
Karena
kalau Anda melakukan yang Anda berani lakukan… berarti Anda bukan orang besar. Anda
melakukan sesuatu yang bisa dilakukan orang lain yang tidak lebih pengalaman
dari anda, Anda melakukan sesuatu yang bisa dilakukan orang lain yang tidak
lebih besar dari Anda? Jadi kalau begitu kenapa anda minta bayaran yang lebih
sementara anda melakukan yang orang lain bisa lakukan!!
Rasa
takut hanya muncul karena kita belum melakukan, dan saya jamin 100% setelah
kita terjun dan melakukan yang kita takutkan anda akan berkata “aaah ternyata
Cuma begini saja, aaah ternyata saya bisa, aaah ternyata tidak sesulit yang
saya bayangkan. Dan aaaahhh lainnya!
Rasa
takut yang mendera anda selama 3 hari, tidak doyan makan, tidak bisa tidur,
susah buang air besar, yang disebabkan karena takut menghadapi presentasi ke
direktur! Penderitaan Anda selama 3 hari ternyata sama sekali tidak terbukti,
presentasi berjalan lancar, pak direktur tersenyum dan tepuk tangan, bahkan
sempat memberi pujian!
Rasa
takut itu boleh dan sah-sah saja, tapi hadapi saja!
Untuk
menjadi orang besar suatu saat nanti, tidak bisa dengan mengerjakan hal yang
orang lain bisa lakukan. Apakah Jokowi melakukan yang anak-anak seusianya
lakukan waktu itu? Tidak! Beliau melakukan lebih. Apakah Pak SBY melakukan hal
yang rekan2 seangkatan di militer biasa lakukan? Tidak, beliau melakukan lebih.
SAYA AKAN BAHAGIA “NANTI”
Sayangnya,
bencana atau kejadian buruk datangnya tidak tiba-tiba. Mereka datang
pelan-pelan, sedikit demi sedikit TANPA KITA SADARI.. atau lebih tepatnya tanpa
kita pedulikan.
Bayangkan saat bangun tidur pagi hari, dan berat badan kita bertambah 10 kg.
Pasti kita akan panik, akan buru-buru ke dokter, kita akan merasa mendapatkan
bencana yang luar biasa dan harus segera diatasi. kenaikan berat badan 10 kg
adalah aib, harus segera dicari solusinya. Tapi apa yang terjadi bila kenaikan
berat badan 10 kg itu terjadi selama periode 2 tahun. Yaaa saya setuju dengan
Anda, kita tidak akan panik, kita akan biasa-biasa saja dan kita tidak akan
melakukan upaya apapun. Karena bencana itu mampu menyusup dalam kehidupan kita
pelan-pelan sehingga diri kita mampu memaklumi sedikit demi sedikit
Contoh lain, Adjie Marsaid atau Ricky Jo yang beberapa waktu lalu meninggal
karena serangan jantung. Namanya serangan pasti mendadak, tiba-tiba dan tidak
terduga. Yuuup, di mata kita orang awam memang serangan itu datangnya
tiba-tiba, padahal kalau kita mau melakukan upaya sedikit saja, sebenarnya
serangan tersebut bisa dideteksi sejak 5 - 10 tahun sebelumnya. Looo kok bisa?
yaa, serangan jantung terjadi karena penyumbatan pembuluh darah coronary, yang
mana penyumbatan ini memerlukan proses bertahun-tahun. Seperti berat badan yang
bertambah pelan-pelan, penyumbatanpun terjadinya pelan-pelan, sehingga membuat
kita tidak ernah PANIK dan MENCARI UPAYA
Contoh lainnya, mungkin Anda sering mendengar cerita klasik di bawah ini. Katak
Rebus. Yaa, seekor katak dalam panci berisi air dingin yang dipanaskan dalam
tungku. Si Katak merasa, waah airnya jadi hangat, nyaman sekali, aahhh enaknya
berendam air panas yaa... sampai tahu-tahu si katak mati karena air mendidih.
apa yang terjadi kalau katak dimasukkan langsung ke dalam air mendidih, maka
dia akan berontak, panik dan melompat mencari selamat.
Dalam kehidupan, bencana yang terjadi secara pelan-pelan ini, akan membuat diri
kita menjadi pribadi yang MENUNDA sesuatu, menunda melakukan upaya. Ah nanti
saja olah raganya, berat badan saya cuma kelebhna 1 kg kok, aah nanti saja ah
dietnya, temen2 saya banyak yang lebih gemuk dari saya. Makanan ini enak bener,
wuiiih soto jeroan, aah sekali - kali nggak apa-apa laah, kan saya
kadang-kadang olah raga jadi pasti kolesterol saya baik-baik saja
NANTI, nanti saja ah, sekarang waktunya saya manikmati hidup
NANTI, nanti kalau sudah 40an saja saya rajin olah raga
Saat sekolah, kapan kita akan belajar giat.. yaaa saat kita terancam tidak naik
kelas, atau saat rapor kita membuat orang tua kita marah
Kapan kita akan rajin berdo'a, yaa kita berdo'a saat hidup kita kacau
Kapan kita akan bilang "I Love You" dan mengungkapkan perasaan cinta
pada pasangan kita.. yaa saat hubungan kita terancam
Kapan kita akan rajin bekerja? SAAT KONTRAK KERJA kita sudah mau habis dan
terancam tidak di perpanjang....
Kenapa semua harus dilakukan pada saat keadaan memaksa, lakukan hal yang
seharusnya dilakukan pada saat semua baik-baik saja. Tidak perlu menunggu
bencana yang besar. Alam dan Tuhan selalu memberikan tanda-tanda sebelum
bencana itu benar-benar terjadi, jadi bacalah tanda2 itu dan lakukan tindakan.
Katak seharunya menyadari bahwa airnya semakin hangat, semakin panas dan
seharunya di melompat keluar dari air. Kita seharusnya tahu sebelum berat badan
kita benar-benar bertambah 10 kg, kita bisa melakukan tindakan saat berat badan
kita bertambah 1 kg.
Jadi, hilangkan kata-kata NANTI, Lakukan
sekarang
Salam
SmartLife
Joko Ristono