Kamis, 31 Oktober 2013
Rabu, 30 Oktober 2013
Selasa, 29 Oktober 2013
Senin, 28 Oktober 2013
Langganan:
Postingan (Atom)
Kamis, 31 Oktober 2013
Galau?
Tiba-tiba saja merasa galau...
Resah dengan masa depan... masak saya mau gini-gini ajah, trus sampai berapa lama bisa bekerja seperti ini? kontrak tinggal 8 bulan lagi? siap-siap loo cari kerjaan lain! masih mau kerja ikut orang lain lagi? duuuh emang mental buruh loe, usaha sendiri dong, punya perusahaan dong!
Meskipung gaji yang sekarang saya terima TERBESAR sepanjang sejarah karir saya (tambah aja 2 digit dengan saat saya pertama kali kerja tahun 97an) dan jauh diatas ekspektasi saya..
Tapi,
Bukankan Jalan masih panjang, mau jadi kacung terus, mau jadi orang suruhan terus?
Sekarang kamu bisa membahagiakan anak istri kamu, materi dan in materi... tapi 5 tahun lagi, 10 tahun lagi 25 tahun lagi? sudah kebayang? sekarang bukankah kamu merasa bahwa biaya hidup (sekolah) begitu mahalnya? sudah memikirkan biaya kuliah anak nanti, biaya menikahkan anak perempuanmu?
Minggu ini salah satu buku yang saya baca membahas tentang passion, ditulis oleh passion coach "Doddy Hasan". Tumben saya bisa membaca buku 2 hari selesai, biasanya 1 buku bisa 2 bulan baru selesai dan lebih sering nggak selesai. Judulnya 'LAKUKAN DENGAN HATI" bahasa-nya mudah dan materinya keseharian banget. teriamakasih ya Allah sudah mempertemukan saya dengan buku ini! walaupun hasilnya saya jadi Galau begini!
APA PASSION SAYA YAA? itu kira-kira pertanyaan yang menyelimuti pikiran saya saat ini. Kataya semua orang sukses itu bekerja karena passion mereka. dengan passion maka dia akan bergairah dan enjoy, yang mana enjoy dan gairah adalah kunci sukses.
Masalahnya, saat ini saya nggak tahu tuuh passion saya... please help me coach! passion saya apa! perasaan saya enjoy di semua bidang, bergairang di semua bidang! aaah lebay loe... nggak mungkin laaah, semua orang pasti punya passionnya masing-masing, jadi kalau loe bilang bergairah dala semua pekerjaan "nggak mungkin tuh". Yeee nggak percaya! tanya dech sama temen2 kerja saya, apakah saya pernah malesrnah mengeluh, pernah bosen? buktinya saya bisa bekerja selama 12 tahun di perusahaan saya sebelumnya! kalau nanti yang sekarang cuma 2 tahun bukan berarti saya nggak bergairah, tapi karena kontraknya sudah habis! Trus mau kamu apa? iya... passion saya apa?
Intinya gini, saat ini saya kepikiran dengan masa depan saya! saya dalam kondisi harus memutuskan, mau terus jadi kacung atau jadi pengusaha. Jadi kacung sudah 20 tahun. Jadi pengusaha, belum pernah ada pengalaman. jiaaah emang pengusaha yang sekarang sukses itu awalnya kan juga gak punya pengalaman!
Gini saja.... tulisan-tulisan pada blog ini sudah menjadi bukti bahwa kamu punya bakat nulis, kenaa loe nggak jadi PENULIS saja? (mmmm mikir dulu). Trus kata orang-orang loe punya bakat ngajar dan motivasi yang baik.. kenapa nggak jadi TRAINER saja? (mmmmm mulainya dari mana yaa?)... dan loe kan tahu bahwa penetrasi asuransi di Indonesia masih kurang dari 5%, negara maju bisa sampai 80% masyarakatnya ber-asuransi, dan loe kan sudah lulus AAJI... yaa sudah jadi agen asuransi saja! dan loe kan punya pengalaman jualan bertahun-tahun sebelumya.... (mmmmmm berani nggak yaa?)
Ya sudah.. anggap saja saya sebagai Passion Coach kamu, dan ini saran saya buat mu! tetapkan hati, beranikan diri dan bikin planing! Kamu bisa melakukan 3 hal sekalilgus untuk masa depanmu, dimana 3 hal itu kamu sudah punya modal, oke. (oke-oke.. apa itu?);
KAMU BISA JADI PENULIS BUKU, JADI TRAINER / MOTIVATOR DAN SEKALIGUS JADI AGEN ASURANSI. waaah keren juga tuuuh.
Saya kasih gambaran yaaa.... Nulis buku 6 bulan sekali, setiap buku gampangnya kamu jual putus saja 50juta, jadi 50 juta setiap 6 bulan (not bad laah). Trus sebagai trainer, kamu ngajar seminggu 2 kali dengan pendapatan @Rp. 1juta, sebulan daat Rp. 8 juta dan Sebagai agen asuransi, kamu targeting punya pendapatan di tahun pertama 10 juta per bulan. JADI KALAU DIHITUNG-HITUNG kemampuanmu saat ini bisa menghasilkan minimal 30 juta / bulan. Kereeen kan?
Akhirnya obrolan dalam pikiran saya selesai, dengan keputusan MASIH GALAU... tapi minimal sekarang saya sudah ada gambaran....
Salam SmartLife
Joko Ristono
Rabu, 30 Oktober 2013
Kenapa harus 100%?
Saya pernah baca tulisan segedhe
gambreng berupa baliho di komplek pak tentara “JANGAN BERANGKAT KALAU RAGU-RAGU”.
Mungkin maksudnya, jangan berangkat berperang kalau takut, jangan berangkat
berperang kalau ragu-ragu, jangan
berangkat berperang kalau gak yakin… jadi untuk melakukan sesuatu harus yakin
dan totalitas. Maaf ya pak tentara kalau saya salah menafsirkan
Pasti Anda sering mendengar
istilah-istilah yang sering digunakan sebagai nasehat atau petuah : “kamu harus
totaliltas” atau “jangan setengah-setengah” atau “kamu harus focus” atau “kamu
harus harus yakin” atau “lakukan sepenuh hati” dan lain sebagainya. Ya, nasehat
tersebut benar adanya, saya setuju bahwa, hanya dengan totalitas suatu
pekerjaan akan bisa diselesaikan dengan hasil seperti yang diharapkan.
Contohnya.. Anda melakukan wudhu
sebelum sholat, melakukannya harus 100% atau boleh setengah-setengah atau 90%. Misalnya
semua dibasuh kecuali basuh rambut, nggak dilakukan, tidak 100% mungkin 99%...
trus hasilnya boleh ditawar nggak? Ya Allah kan Cuma kurang rambut saja, yang
lainnya saya basuh kok, malah airnya saya lebih-in tadi pas cuci kaki…
mengerjakan wudhu 99%, hasilnya adalah NOL.
Atau Anda mengikuti lomba lari “Jakarta
10K”. Anda selalu memimpin di depan, dan lawan2 anda jauh tertinggal. Setelah Anda
menempuh 9,999 meter (1 meter sebelum finis), anda tidak menyelesaikannya…
(dengan alas an yang masuk akal sekalipun, misalnya kaki Anda tiba2 patah. Artinya
anda hanya melakukan 99.99%, hanya tinggal 0.01%... apakah hasilnya juga 99.99%
… TIDAK.. hasilnya adalah NOL.
Banyak hal di dalam hidup dan
pekerjaan harus dilakukan dengan 100%, dengan semangat 100%, dengan energy 100%,
dengan tekat 100%!
Jadi mari tanyakan pada diri sendiri…
apakah saya selalu 100% dalam segala hal?
Salam SmartLife
Joko Ristono
Konsistensi
Maaf, pada link tertulis "mengapa harus 100%". --> Saat mulai menulis saya ingin tentang kenapa harus 100%. pada saat nulis tiba-tiba blank, lupa tadi mau nulis apa yaa? yaa ngalir saja dengan "konsistensi" tapi link sudah terlanjur "mengapa harus 100%". artikel berikutnya yaa saya cerita "mengapa harus 100%"
Saya sering mengungkapkan, mengatakan dan menuliskan, satu keyakinan yang sampai saat ini saya senantiasa berusaha untuk mengejawantahkan dalam kehidupan saya. Kalimat itu berbunyi : TUJUANlah YANG MEMBUAT MANUSIA HIDUP. Tanpa makanan manuasia bertahan 40 hari, tanpa miuman bertahan 3 hari, tanpa udara manusia bertahan 7 menit, tanpa HARAPAN manusia MATI MENDADAK!
Tidak semata-mata orang yang punya cita-cita / harapan / goal (bahasa kerennya) lantas sudah selesai urusan. Ada satu sifat dasar manusia yang sering menjadi hambatan untuk menggapai yang dicita-citakannya (menggapai cita-cita : SUKSES). Hambatan yang paling popular adalah "KONSISTENSI"... halah... apa itu bahasanya tinggi amat... ? ya sudah kita sebut istiqomah (naah kalo itu saya tahu). ada bahasa yang lebih gampang lagi untuk dipahami sebagian besar orang "HANGAT HANGAT TAI AYAM" heheheh.
Kata para pakar motivasi, untuk sukses itu hanya perlu 3 hal (trus kenapa tuhan menciptakan 5 jari??). 1. Buat goal, 2. Buat rencana, 3. Action. Mungkin yang 2 jari lagi adalah: 4. Konsisten, 5. Ber-do'a
oke, kali ini saya mau obrolin adalah masalah KONSISTENSI atau ISTIQOMAH atau ANGET-ANGET tai AYAM. Penyakit yang satu ini sering tanpa ampun menyerang siapa saja, saya sering dijangkiti penyakit ini. tapi buah dari konsistensi ini sangat dasyat dan dijamin tujuan sukses. Bayangkan kalau mas edison nggak istiqomah, maka di percobaan lampu ke 1900 dia berhenti dan tidak akan ada lampu yg menerangi rumah kita saat ini.
Pada saat menetapkan tujuan (misal menurunkan berat badan 6 kg dalam 6 bulan kedepan). Bukan tiba-tiba sih goals ini ditetapkan, tapi setelah sejumlah celana mahal tidak muat lagi, setelah gerakan tidak lincah dan dapat komplain dari istri, setelah sekian lama tersiksa karena susah duduk jongkok karena terganjal perut... saat itulah... OK SAYA AKAN LANGSING SEPERTI DULU LAGI DALAM 6 BULAN.
Apa yang kemudian dilakukan selanjutya? yuup betul! Daftar fitnes (mahal), beli whey protein (mahal), beli supplemen pembakar lemak (mahal), setiap hari liatin video work out di youtube (biar termotivasi), diet tidak makan malam (selama sebulan tidak bisa tidur karena didera lapar), dan resolusi lainnya. Bulan pertama berjalan lancar, TAPI berat badan badan tidak beranjak turun (masih seperti sedia kala 70kg -- idealnya 64kg). ahhh kan target-nya 6 bulan ke depan... ini baru 1 bulan, jangan buru-buru nge-judge dong... "masih semangat".
bulan-bulan berikutnya: ternyata fitness itu tersiksa banget, ternyata suplemen dan susu itu menguras kantong, ternyata tidak makan malam itu seperti tidak mensyukuri nikmat Tuhan karena tidak menikmati hidup... toh saya tetap baik-baik saja dengan berat 70kg. "mulai malas latihan" tapi karena bayar mahal... terpaksa latihan. latihan kerana terpaksa BEDA dengan latihan karena Goals.
itu contoh konsistensi... sungguh tidak mudah. biasanya semangat luntur oleh deraan waktu!
Contoh lain!
Ada seorang yang tiba-tiba mendapatkan hidayah, sehingga punya goals untuk berubah total. Khusyuk berdo'a, ber-sodakhoh, rajin puasa senin kamis, rajin tahajud, dhuha gak pernah dilewatkan, dan anti maksiat.
Ketika kehidupan berjalan dengan baik, hidup nyaman dan pikiran tentram,... seringkali KONSISTENSI-nya ilang. Ah gak puasa sekali-kali gak apa2, kan hari ini ada meeting dengan klien gak enak kalau saya puasa. Capek sekali hari ini, tadi 4 jam kena macet di jalan pulang... tahajud besok malam saja. Si bos pagi-pagi sudah ngajak meeting, belum sempet dhuha nich... apa boleh buat... DAN HEBAT-NYA seolah hidup baik-baik saja, masih tetap nyaman dan pikiran tentram.
Yuuk lihat sebera sering kita melupakan tujuan kita hanya karena tidak bisa konsisten!
Tapi Jangan kawatir, konsistensi bisa dilatih kok... yang paling penting adalah jangan sampai kita TIDAK PUNYA GOALS... selalulah punya cita-cita, karena itulah yang membuat kita tetap hidup
Salam Smartlife
Joko Ristono
Saya sering mengungkapkan, mengatakan dan menuliskan, satu keyakinan yang sampai saat ini saya senantiasa berusaha untuk mengejawantahkan dalam kehidupan saya. Kalimat itu berbunyi : TUJUANlah YANG MEMBUAT MANUSIA HIDUP. Tanpa makanan manuasia bertahan 40 hari, tanpa miuman bertahan 3 hari, tanpa udara manusia bertahan 7 menit, tanpa HARAPAN manusia MATI MENDADAK!
Tidak semata-mata orang yang punya cita-cita / harapan / goal (bahasa kerennya) lantas sudah selesai urusan. Ada satu sifat dasar manusia yang sering menjadi hambatan untuk menggapai yang dicita-citakannya (menggapai cita-cita : SUKSES). Hambatan yang paling popular adalah "KONSISTENSI"... halah... apa itu bahasanya tinggi amat... ? ya sudah kita sebut istiqomah (naah kalo itu saya tahu). ada bahasa yang lebih gampang lagi untuk dipahami sebagian besar orang "HANGAT HANGAT TAI AYAM" heheheh.
Kata para pakar motivasi, untuk sukses itu hanya perlu 3 hal (trus kenapa tuhan menciptakan 5 jari??). 1. Buat goal, 2. Buat rencana, 3. Action. Mungkin yang 2 jari lagi adalah: 4. Konsisten, 5. Ber-do'a
oke, kali ini saya mau obrolin adalah masalah KONSISTENSI atau ISTIQOMAH atau ANGET-ANGET tai AYAM. Penyakit yang satu ini sering tanpa ampun menyerang siapa saja, saya sering dijangkiti penyakit ini. tapi buah dari konsistensi ini sangat dasyat dan dijamin tujuan sukses. Bayangkan kalau mas edison nggak istiqomah, maka di percobaan lampu ke 1900 dia berhenti dan tidak akan ada lampu yg menerangi rumah kita saat ini.
Pada saat menetapkan tujuan (misal menurunkan berat badan 6 kg dalam 6 bulan kedepan). Bukan tiba-tiba sih goals ini ditetapkan, tapi setelah sejumlah celana mahal tidak muat lagi, setelah gerakan tidak lincah dan dapat komplain dari istri, setelah sekian lama tersiksa karena susah duduk jongkok karena terganjal perut... saat itulah... OK SAYA AKAN LANGSING SEPERTI DULU LAGI DALAM 6 BULAN.
Apa yang kemudian dilakukan selanjutya? yuup betul! Daftar fitnes (mahal), beli whey protein (mahal), beli supplemen pembakar lemak (mahal), setiap hari liatin video work out di youtube (biar termotivasi), diet tidak makan malam (selama sebulan tidak bisa tidur karena didera lapar), dan resolusi lainnya. Bulan pertama berjalan lancar, TAPI berat badan badan tidak beranjak turun (masih seperti sedia kala 70kg -- idealnya 64kg). ahhh kan target-nya 6 bulan ke depan... ini baru 1 bulan, jangan buru-buru nge-judge dong... "masih semangat".
bulan-bulan berikutnya: ternyata fitness itu tersiksa banget, ternyata suplemen dan susu itu menguras kantong, ternyata tidak makan malam itu seperti tidak mensyukuri nikmat Tuhan karena tidak menikmati hidup... toh saya tetap baik-baik saja dengan berat 70kg. "mulai malas latihan" tapi karena bayar mahal... terpaksa latihan. latihan kerana terpaksa BEDA dengan latihan karena Goals.
itu contoh konsistensi... sungguh tidak mudah. biasanya semangat luntur oleh deraan waktu!
Contoh lain!
Ada seorang yang tiba-tiba mendapatkan hidayah, sehingga punya goals untuk berubah total. Khusyuk berdo'a, ber-sodakhoh, rajin puasa senin kamis, rajin tahajud, dhuha gak pernah dilewatkan, dan anti maksiat.
Ketika kehidupan berjalan dengan baik, hidup nyaman dan pikiran tentram,... seringkali KONSISTENSI-nya ilang. Ah gak puasa sekali-kali gak apa2, kan hari ini ada meeting dengan klien gak enak kalau saya puasa. Capek sekali hari ini, tadi 4 jam kena macet di jalan pulang... tahajud besok malam saja. Si bos pagi-pagi sudah ngajak meeting, belum sempet dhuha nich... apa boleh buat... DAN HEBAT-NYA seolah hidup baik-baik saja, masih tetap nyaman dan pikiran tentram.
Yuuk lihat sebera sering kita melupakan tujuan kita hanya karena tidak bisa konsisten!
Tapi Jangan kawatir, konsistensi bisa dilatih kok... yang paling penting adalah jangan sampai kita TIDAK PUNYA GOALS... selalulah punya cita-cita, karena itulah yang membuat kita tetap hidup
Salam Smartlife
Joko Ristono
Selasa, 29 Oktober 2013
Aku Ingin Mengubah Dunia!
Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia.
Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini
Lalu aku putuskan untuk mengubah negaraku saja.
Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku,
Aku mulai berusaha mengubah kotaku.
Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku.
Maka aku mulai mengubah keluargaku.
Kini aku semakin renta,
Aku pun tak bisa mengubah keluargaku.
Aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.
Tiba-tiba aku tersadarkan
Bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu,
Aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku.
Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan
Aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini.”
Tidak ada yang bisa kita ubah sebelum kita mengubah diri sendiri. Tak bisa kita mengubah diri sendiri sebelum mengenal diri sendiri. Takkan kenal pada diri sendiri sebelum mampu menerima diri ini apa adanya.
Tulisan kiriman dari:
Ir. H. Probo Yuniar W
0813 11 08**** / 0858 11 08***
Pin BB 226190** / 26BED4**
BSD Sektor ** Blok A6 No. **
Serpong - Tangerang Selatan
Komentar yg punya blog:
Mulai dari diri sendiri, Mulai yang kecil, Mulai saat ini!
Senin, 28 Oktober 2013
Mungkin Sekali, Saya Sendiri Juga Maling
Puisi: Taufiq Ismail
Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,
terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.
Penganggur 40 juta orang,anak-anak tak bisabersekolah 11
juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta
orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat disetiap
tikungan jalan dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.
Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang
tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar:
Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.
Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga
dengan upah paling murah sejagat raya.
Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita
antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara, ketika pulang
lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak
yang disiksa malah diperkosa dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri
diperas pula.
Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri
jajahan kembali.
Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.
Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi
kolonialis banyak bangsa.
Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.
Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena
leher kita makin mudah dipatahkannya.
Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali.
Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu
laporan penelitian.
Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi,
dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.
Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal
dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.
Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan
kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling, jalan di belakang penuh
tukang peras, yang di atas tukang tindas.
Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia,
sudah untung.
Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.
Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan
betapa khusyu'.
Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.
Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau
menyabotnya.
Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah.
Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang
istiqamah?
Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya,
membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah,
tambah merambah panjang deretan saf jamaah.
Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis
kelamin.
Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?
Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya
malah dilindungi dari atas sampai ke bawah?
Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari
yang pegang senjata dan yang memerintah.
Bagaimana ini?
Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan
MUO (Mark Up Operation), tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim
piatu dan sekolahan.
Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari,
kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.
Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan
anggaran, otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan
Tuhan.
Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara
berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti diding keraton, tak mempan dihantam gempa
dan banjir bandang, malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang
undang-undang, penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian. Bagaimana
caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali
sekitar satu juta orang ini, cukup jadi sebuah negara mini, meliputi mereka
yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia
bisnis, yang pegang pestol dan mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi.
Bagaimana caranya? Mau diperiksa dan diusut secara hukum? Mau didudukkan di
kursi tertuduh sidang pengadilan? Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari
ancaman?
Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan? Percuma Seratus
tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan
terselesaikan.
Jadi, saudaraku, bagaimana caranya? Bagaimana caranya
supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan
yang berpuluh tahun dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.
Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena
terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang
yang berhaji juga. Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.
Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga
kita, ada hubungan darah atau teman sekolah, maka kita cenderung tutup mata,
tak sampai hati menegurnya. Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada
orang partai kita, orang seagama atau sedaerah,
Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu
dimakruh-makruhkan dan diam-diam berharap semoga kita mendapatkan cipratan
harta tanpa ketahuan. Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap
sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu
kosen, tiang,kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai.
Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia
digerogoti rayap.
Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi
rumah Indonesia dijarah anai-anai. Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap
rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap. Rumah Indonesia
menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna. Aku berdiri di pekarangan, terpana
menyaksikannya. Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar. "Ini
dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!" teriak mereka. "Bukan. Saya
bukan Rayap, bukan!" bantahku. Mereka berteriak terus dan mendekatiku
dengan sikap mengancam. Aku melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan
lebih kencang lagi. Mereka menangkapku. "Ambil bensin!" teriak
seseorang.
"Bakar Rayap," teriak mereka bersama. Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku. Seseorang memantik korek api. Aku dibakar. Bau kawanan rayap hangus. Membubung Ke udara.
Salam SmartLife
Joko Ristono
Langganan:
Postingan (Atom)