Cerita
ini berawal ketika ada seorang anak yang beranjak remaja dan juga ayah dari
anak tersebut. Pada suatu pagi ketika anak dan ayahnya sedang berada di
depan rumah, hinggaplah seekor burung gagak di pagar rumah mereka . sang ayah
bertanya kepada anaknya.
“nak, apa itu ?” sang anak menjawab denagn senyuman manis dan nada yang sangat
halus , “ ayah, itu dalah seekor burung gagak “.
Kemudian
sang ayah kembali bertanya , “ nak, apa itu ?”. sang anak tersenyum dan
menjawab , “ ayah, itu adalah burung gagak . “
Sang
ayah kembali bertanya . “ nak, itu apa ?”. sang anak merasa heran dan menjawab
“ ayah, itu burung gagak “.
Sang
ayah bertanya lagi , “ nak, itu burung apa ?”. sang anak merasa kesal dan
menjawab dengan nada tinggi .” AYAH, ITU BURUNG GAGAK”.
Mendengar
jawaban anaknya, sang ayah langsung masuk rumah dan membuka catatan yang ia
tulis 14 tahun lalu, ketika anaknya baru berusia 2 tahun.
Isi
catatan itu adalah :
Pada
suatu hari, ketika sang ayah sedang mengajak bermain anaknya di depan rumah,
hinggaplah seekor burung gagak hitam di pagar rumah mereka .
sang
anak pun bertanya pada sang ayah “ ayah, itu apa ? sang ayah menjawab dengan
nada yang sangat halus “ anakku , itu adalah burung gagak “.
Sang
anak kembali bertanya “ ayah, itu apa ?” . ayah menjawab dengan senyum manis “
nak, itu burung gagak “.
Sang
anak tetap bertanya “ ayah, itu apa ?” . sang ayah tersenyum dan menjawabdengan
dengan sabar, “ anakku, itu adalah burung gagak”.
Pertanyaan
tersebut berulang – ulang disampaikan oleh sang anak, namun sang ayah tetap
sabar dan teresnyum menjawab pertanyaan anaknya.
Dari
catatan ayah dapat kita simpulakan bagaimana perbedaan sebuah sikap yang
dilayangkan oleh seorang ayah dan anak. Ayah begitu sabar merawat kita,
segala sifat mulia ia berlakukan kepada kita karena ia tak ingin setetes air
mata jatuh dari pelupuk mata kita sebagai anak. Namun, apa perlakuan kita
kepada ayah kita ? terkadang kita terlalu egois kepada ayah kita. Perlakuan
kasar sering kita layangkan kepadanya. Seakan kita tak pernah memikirkan apa
yang ayah rasakan. Tak sadarkah kita, bahwa tetes keringat darinya adalah
sebuah perjuangan agar kita dapat bahagia, agar kita bisa mndapat apa yang kita
inginkan. Sadarlah, bahwa kita tak bisa hidup tanpa ibu dan ayah kita. Maka
janganlah sekali- kali kita memandang lemah orang tua kita. Sesungguhnya mereka
telah menghadapi pahitnya kehidupan yang belum tentu bisa kita hadapi. Garis
wajahnya telah jelas – jelas menggambarkan kekuatan teramat dasyat. Ia hanya
ingin melihat anak - anaknya bahagia.mski ia tidak sebahagia yang kita
bayangkan. Sadarlah bahwa kita butuh kembali kepadanya.sebelum ajal
menjemputnya , berikanlah kebahgiaan kepada keduanya.hadirkanlah selalu
wajahnya dalam setiap sholat yang kita lakukan. Do’akan kebahagiaan untuknya.
Doakan agar ALLAH memasukannya kedalam surga atas begitu besar pengorbanan yang
ia lakukan untuk kita, anak- anaknya. Merekalah yang telah merawat kita, tanpa
keluh kesah . sebelum terlambat , berikanlah kebahagiaan untuknya
Salam SmartLIfe
Aliyah Almas Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar