“Mau dihitung dengan bunga bank manapun, menanam pohon tetap jauh lebih menguntungkan.” Investasi penanaman pohon menjanjikan keuntungan berlipat bahkan hingga 1.000%. Bidang tersebut juga bisa dijalankan tanpa perlu modal besar dan keterampilan khusus. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mencontohkan, untuk menanam sengon atau jabon, harga bibit hanya Rp 300 per batang. Dalam lima tahun, nilai pohon bisa mencapai Rp 300 ribu per batang. “Mau dihitung dengan bunga bank manapun, menanam pohon tetap jauh lebih menguntungkan,” ujar Zulkifli di Jakarta, hari ini.
Keuntungan yang menjanjikan juga berlaku untuk jenis pohon yang selama ini dikenal butuh waktu lama untuk bisa dipanen seperti Jati. Menurutnya, dengan perkembangan teknologi dan perlakuan khusus, tanaman jati saat ini bisa dipanen hanya dalam lima tahun. “Investasi yang dibutuhkan untuk menanam jati unggul sebesar Rp 70 ribu per batang selama lima tahun. Saat panen di tahun kelima, harga Jati bisa Rp 500 ribu per batang,” kata dia. Untuk itu, dia mendorong semua pihak agar tidak ragu berinvestasi menanam pohon. Selain menguntungkan, penanaman pohon juga membantu keseimbangan lingkungan.
Untuk memacu agar masyarakat tertarik menanam pohon, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menggulirkan sejumlah program penanaman. Diantaranya adalah Kebun Bibit Rakyat (KBR). Pemerintah mengalokasikan batuan pengadaan bibit Rp 50 juta per unit KBR. Menurut Dirjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Kemenhut Harry Santoso, pembangunan KBR juga bisa diarahkan untuk mendukung pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti bambu, sutera, mangrove, atau nyamplung. “Bibit pada KBR tidak mesti tanaman berkayu, tapi juga bisa untuk pengembangan HHBK,” kata dia. Dia memaparkan, tanaman bambu yang selama ini dianggap sebagai tanaman sekunder ternyata mempunyai nilai komersial yang tinggi. Di sejumlah negara, bambu banyak digunakan seperti produk kayu karena memiliki keindahan juga kekuatan. “Bambu kini bisa dimanfaatkan untuk berbagai proyek infrastruktur seperti gedung, bahkan airport,” kata Harry.
Saat ini, Indonesia sudah berhasil mengembangkan teknik kultur jaringan untuk pembibitan bambu. Dengan teknologi tersebut, dari satu buku tanaman bambu bisa dihasilkan 1,5 juta bibit bambu. Untuk pengembangan sutera, KBR bisa diarahkan untuk pengadaan bibit tanaman murbei yang merupakan pakan bagi ulat sutera. KBR, lanjut dia, juga bisa dimanfaatkan untuk penyediaan bibit mangrove yang bermanfaat untuk mempertahankan kelestarian pesisir pantai. “KBR bisa juga untuk mendukung penanaman Nyamplung, yang buahnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati. Langkah ini penting ditengah isu soal harga BBM yang semakin mahal,” kata Harry
sumber : berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar