Jangan remehkan
mulut konsumen, karena berdampak langsung pada bisnis anda. Konsumen yang puas
akan berbicara kepada 3 orang lain, konsumen yang tidak puas berbicara ke 11
orang. Jadi mulailah mempertimbangkan mulut konsumen.
Dari sekian banyak teknik
komunikasi pemasaran ada satu teknik yang seakan disepelekan atau malah
terlupakan. Padahal, sejumlah pakar mengakuinya dan terbukti sebagai teknik
yang paling ampuh. Itulah pemasaran getok tular (word-of-mouth marketing).
Presiden Taksi --kini disingkat
Prestasi-- merupakan satu fenomena. Sementara Blue Bird fenomena yang lain. Apa
kaitan keduanya? Semula tidak ada, kecuali sama-sama jasa angkutan taksi. Tapi
kini keduanya sangat relevan, terutama setelah Presiden Taksi ganti a itu
menghebohkan dan jadi perbincangan, karena dilakukan di tengah situasi tidak
aman. Banyak penodongan, bahkan pembunuhan oleh para supir nama jadi Prestasi,
sekaligus mengubah warna dari kuning berkelir merah menjadi biru seperti Blue
Bird.
Perubahan nama dan warn taksi,
termasuk argo kuda yang luar biasa mahal.
Dalam situasi mencekam dan
mencemaskan, banyak orang tak mau ambil risiko. Mereka lebih suka memesan taksi
langsung lewat telepon. Blue Bird dengan keharuman citranya mendapat limpahan
pesanan. Sebaliknya Presiden Taksi yang citranya terpuruk makin dihindari
orang, sehingga ganti kulit meniru Blue Bird.
Bisakah citra yang telah runtuh
diatasi dengan langkah seperti itu? Tentu belum. Pemulihan citra bukan sekadar
ganti nama, logo, warna, seragam. Citra juga filosofis, menyangkut sikap dalam
pelayanan, hingga perilaku keseharian yang akan menimbulkan kesan tertentu bagi
orang yang melihat atau merasakannya.
Penyebaran
Berantai
Apa yang bisa kita cermati dari
kasus di atas? Nama baik ternyata sangat mahal. Reputasi itu dibangun selama
bertahun-tahun melalui berbagai atribut dan tindakan nyata. Namun yang unik
dari kasus itu, kita menyaksikan bahwa citra positif Blue Bird bukan dibangun
melalui iklan atau program kehumasan yang canggih, tetapi lewat disiplin
pengemudi dan pelayanan yang menyenangkan. Jutaan penumpang yang puas
menyebarkan cerita positif kepada orang lain. Sebaliknya, penumpang Presiden
Taksi yang kecewa menceritakan pengalaman pahit kepada lebih banyak orang lagi.
Fenomena ini menunjukkan betapa
hebatnya pengaruh komunikasi berantai dari mulut ke mulut. Dalam bahasa
konseptual, kasus itu menjadi fenomena "pemasaran getok tular"
menurut istilah Jerry R. Wilson, penulis buku Word-of-Mouth Marketing (1994).
Pemasaran getok tular belum
mendapat perhatian yang semestinya. Banyak praktisi pemasaran atau komunikasi
tidak mencantumkan teknik ini dalam program tahunan yang mereka susun. Padahal,
banyak pakar sekaliber Wilson dan Regis McKenna mengakui, bahwa penyebaran berita
atau cerita melalui getok tular merupakan teknik komunikasi pemasaran terampuh
untuk mengharumkan atau merusak citra.
Wilson mengemukakan selusin
prinsip dan satu prinsip bonus. Berikut ulasan dari sebagian prinsip itu.
Pertama, produk atau jasa harus bagus. Prinsip diperkuat dengan pelayanan yang
juga bagus. Blue Bird memenuhi dua prinsip ini, bahkan memadukannya secara
konsisten dalam jangka panjang.
Berikutnya, prinsip 3:33. Artinya,
dari tiga orang yang menyebarkan cerita positif, ada 33 orang lain yang
menyebarkan berita negatif. Cerita atau berita getok tular bukan hanya lewat
komunikasi langsung tatap muka atau lewat telepon, tapi kini bisa menyebar
melalui surat pembaca, pembahasan studi kasus di kampus, presentasi dengan
klien atau rekanan, diskusi dalam seminar, perbincangan di radio atau televisi,
berita di media massa, ulasan pengamat (seperti juga tulisan ini), analisis
atau contoh yang ditulis dalam buku, surat elektronik (e-mail) atau internet,
dan banyak lagi.
Statistik komunikasi getok tular
mencatat, rata-rata cerita positif menyebar dari 1 ke 3 orang, sementara berita
negatif dari 1 ke 11 orang atau dari 3 sumber ke 33 orang. Bila yang 11 rata-rata menyebarkan cerita lagi
masing-masing ke tiga orang, maka berita negatif bisa menyebar ke 132 orang
(3x11) + (33x3). Jumlah ini akan bertambah terus. Untung hanya 4% konsumen suka
komplain. Bayangkan bila sebaliknya (96%). Walah!
Prinsip penting lain yang perlu
diterapkan dalam pemasaran getok tular adalah berusaha melampaui harapan
konsumen, jangan hanya sebatas membuat mereka puas. Selanjutnya dengarkan kata
orang dalam (karyawan); beri penghargaan pada karyawan yang menyebarkan berita
positif; tunjukkan pada konsumen bahwa kita benar-benar ingin mengurangi
keluhan mereka; binalah konsumen yang loyal untuk menjadi maskot andalan
penyebar cerita positif; tunjukkan komitmen dan teladan dari atasan.
Kiat Praktis
Apa yang Anda lakukan bila menjadi
pemilik atau pengelola jasa taksi ketika seorang penumpang yang kecewa datang
mengadu, melaporkan bahwa dompetnya berisi Rp 200.000 hilang di taksi nomor x?
Bila keluhan itu benar, ganti uangnya. Niscaya penumpang itu kaget. Tapi, antarkan dia sampai ke tujuan. Pasti dia
terperanjat, karena pelayanan tersebut melampaui harapannya. Dapat dibayangkan
bagaimana kelak komentarnya. Soal melacak taksi nomor x, itu masalah internal.
Kasus senada juga bisa terjadi di
restoran. Tamu menemukan lalat dalam sotonya. Ia mungkin muntah karena jijik.
Lalu menumpahkan kekesalan pada pemilik restoran, sambil bersumpah tidak akan
datang lagi. Tapi, sebelum keluhan itu jadi kemarahan, pemilik restoran minta
maaf dan dengan ramah membujuk agar dia mau menerima semangkok soto pengganti.
Besar kemungkinan tawaran itu diterima dan keluhan lenyap. Kemudian dengan
tulus pemilik restoran menambahkan sebotol minuman ringan gratis. Kalau sudah
begini, mungkinkah tamu itu menyebarkan cerita jelek tentang restoran tersebut
di luaran?
Rugikah mengubah konsumen kecewa
jadi konsumen pembela? Sia-siakah mengubah antipati jadi
simpati? Tentu tidak. Bayangkan kerugian yang timbul bila konsumen menyebarkan
cerita negatif kepada banyak orang, atau menulis surat pembaca. Bayangkan juga
keuntungannya bila pelanggan yang puas menceritakan kepuasannya kepada banyak
orang, lalu melayangkan pujian lewat surat pembaca dan menjadi pelanggan tetap.
Bagaimana memanfaatkan keampuhan
pemasaran getok tular ini? Cara paling mudah antara lain melalui karyawan,
pelanggan atau konsumen, pengamat atau kalangan profesional, hingga wartawan.
Mulailah menjadikan karyawan sebagai duta perusahaan yang menyebarkan cerita
positif tentang produk atau perusahaan, bahkan ketika mereka telah pindah
kantor. Buat mereka bangga terhadap perusahaan asal. Bersamaan dengan itu
pupuklah hubungan baik dengan pelanggan agar mereka menyebarkan cerita positif
kepada orang lain, bahkan hingga tergerak untuk memuji perusahaan lewat surat
pembaca.
Lontaran pikiran pengamat dan
kalangan profesional juga sering menjadi bahan berita menarik di media massa.
Sudah saatnya perusahaan menyiapkan langkah untuk lebih dekat dengan mereka,
namun tetap menjaga kredibilitas dan profesionalisme masing-masing pihak. Lalu
yang juga penting adalah membina hubungan baik dengan wartawan, karena melalui
mereka berita menyebar lebih cepat. Tak ada gunanya pelit informasi. Selalulah
meluangkan waktu untuk wawancara.
Selanjutnya langkah terpenting adalah memadukan aktivitas pemasaran getok tular dengan program-program pemasaran lain. Bagaimanapun penyebaran pesan komunikasi getok tular juga perlu dirancang, seperti halnya iklan, promosi, pemasaran langsung dan kehumasan
Salam SmartLife
Joko Ristono
Sumber : tulisan Hifni Alifahmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar