Great Community Marketing
Yuswohady, MarkPlus&Co
Dalam buku saya, Marketing in Venus, saya
mengatakan bahwa di era informasi dan internet sekarang
ini community marketing menjadi makin krusial bagi
pemasaran merek. Mengapa demikian? Sebab, secara emosional,
pelanggan makin suka berinteraksi satu sama lain dan membentuk komunitas.
Customer base Anda akan kokoh jika merek Anda bisa menjadi wahana
untuk bertemu dengan orang lain, membangun
relationship, dan menemukan orang-orang yang memiliki satu
minat di mana mereka bisa saling berinteraksi.
Faith Popcorn, penulis buku
Eve-olution, punya kesimpulan menarik mengenai pemasaran melalui
komunitas ini. Ia mengatakan bahwa pemahaman mengenai
perilaku pelanggan yang suka saling berinteraksi dan
berhubungan di dalam sebuah komunitas merupakan fondasi bagi Anda dalam
memasarkan merek dan produk secara efektif. "Connecting your female
customers to each other connect them to your brand," ujarnya.
Pesannya kemudian menjadi jelas, bahwa merek Anda harus mampu
mengakomodasi pelanggan untuk membangun komunitas, dan
memungkinkan setiap anggota komunitas tersebut berinteraksi satu
sama lain.
Mengapa community marketing demikian krusial
saat ini, dapat dijelaskan dengan beberapa argumentasi berikut.
Pertama, karena pemasaran melalui komunitas menghasilkan
pelanggan yang sangat loyal. "Customer who form a
communal bond around your brand, product, service,
candidate, cause, or organization are usually extremely
loyal," kata Richard Cross dan Janet Smith dalam buku larisnya,
Customer Bonding. Komunitas tak hanya mampu menciptakan relationship customer
dan loyal customer, tetapi lebih jauh lagi, ia dapat membangun advocator
customer.
Advocator customer tak lain adalah pelanggan yang
selalu mati-matian membela merek dan produk Anda.
Pelanggan yang selalu menjadi juru bicara dan
"papan iklan berjalan" yang baik bagi pelanggan
lain.
Pelanggan yang marah kalau mendengar orang lain
menjelek-jelekkan merek Anda. Mau contoh?
Komunitas Harley-Davidson! Juga komunitas multilevel
marketing! Juga komunitas Macintosh-nya Apple Computer! Juga
komunitas Linux!
Karena jenis pelanggan yang Anda
hasilkan adalah advocator customer, maka mereka akan
cenderung menjadi salesman Anda yang sangat fanatik.
Mereka akan bercerita kepada orang lain dan merekomendasikan
merek dan produk Anda. Kita tahu, rekomendasi pelanggan atau
customer referral adalah alat promosi dan jualan yang sangat
efektif dan ampuh mempengaruhi calon pelanggan. Dan harus diingat, cara
ini sangat murah karena Anda tak perlu mengeluarkan anggaran jutaan
bahkan miliaran rupiah untuk iklan di koran dan televisi.
Kalau diferensiasi adalah
faktor kunci untuk memenangkan persaingan, saya berani
mengatakan, diferensiasi merek mestinya tak hanya dilakukan
melalui kualitas produk yang oke, layanan yang excellent, atau
teknologi yang canggih, tetapi juga melalui bagaimana Anda
membangun komunitas pelanggan dan bagaimana Anda menghubungkan dan
menginteraksikan satu pelanggan dengan pelanggan lain di dalam komunitas
tersebut.
Mengapa, misalnya, Amazon.com lebih unggul
dari barnesandnoble.com dan borders.com, terletak pada orientasi
Amazon.com dalam melihat pelanggannya sebagai sebuah komunitas. Sejak berdiri
pada 1995, Amazon.com merancang situsnya sebagai komunitas
pencinta buku, bukannya para pembeli buku secara individual. Mereka adalah
keluarga besar Amazon.com dengan minat dan keinginan yang sama,
yaitu kecintaan pada buku.
Bagaimana Amazon.com membangun
dan mengembangkan komunitas ini? Caranya adalah dengan
memfasilitasi dan mendorong anggota untuk saling berinteraksi
dan memberikan layanan pelanggan yang melibatkan secara penuh
para anggota komunitas. Para
anggota komunitas Amazon.com ini dapat memilih buku yang mereka inginkan
secara mudah, mendiskusikan buku-buku yang baru terbit
dengan menulis resensi dan memberikan rating, serta mendapatkan rekomendasi
buku-buku lain yang dibaca oleh para peminat buku sejenis di dalam
komunitas. Diferensiasi berbasis komunitas inilah sesungguhnya
diferensiasi utama Amazon.com yang memungkinkannya unggul dari dua
pesaing terdekatnya itu.
Ambil contoh lain, langkah cerdik
yang dilakukan Citibank dengan kartu kredit Clear Card-nya. Di
tengah pasar kartu kredit yang sudah sesak, Citibank berhasil
melihat bahwa ada segmen pasar berdasarkan psikografis dan
perilaku yang belum digarap. Segmen ini adalah segmen kaum urban
eksekutif yang senang bergaul dan nongkrong di tempat-tempat
eksklusif. Menurut saya, Clear Card mampu memposisikan diri
menjadi wahana bagi para eksekutif kota
besar tersebut untuk saling berinteraksi, curhat, dan membentuk
komunitas. Ia mampu menjadi community enabler yang baik.
Coba lihat bagaimana suasana Cilandak Town Square alias Citos
pada tiap akhir pekan yang makin ramai karena adanya program "Buy 1
Get 1 Free Meal/Drink" dari Citibank Clear Card di
sejumlah kedainya. Atau juga lihatlah sejumlah bioskop 21 yang juga
bisa penuh pada hari Rabu karena program serupa. Baik Citibank maupun
mitra-mitranya tentu sama-sama untung. Apalagi, Citibank
Clear Card ini bukan lagi dianggap sebagai kartu kredit
biasa yang hanya untuk keperluan transaksi bisnis. Ia sudah dianggap
sebagai salah satu aksesori yang harus dimiliki oleh mereka yang
senang hang-out.
Dalam membentuk komunitas, tentu
saja komunitas yang Anda bangun tak hanya terbatas pada
komunitas nyata, tetapi juga bisa komunitas maya. Jika di komunitas nyata
Anda bertemu secara fisik dengan anggota komunitas lainnya pada
suatu waktu dan tempat tertentu, maka, dalam komunitas
maya, kita tidak perlu bertatap muka langsung. Komunitas maya ini bisa
berbentuk komunitas mailing list dan situs komunitas di internet.
Kalau Anda punya waktu, cobalah
sempatkan untuk masuk ke Friendster.com yang saat ini
sedang naik daun. Friendster memang fenomenal. Sejak diluncurkan pada
Maret 2003, per Mei 2004 situs "teman-mencari-teman" ini
memiliki 7,5 juta anggota. Situs ini menghubungkan satu orang
dengan lainnya melalui jejaring maya. Jejaring yang ada bekerja
berdasarkan teori six degrees of separation, yaitu suatu teori yang
menyatakan bahwa setiap orang di dunia ini sebenarnya saling mengenal,
maksimal terpisah oleh lima
orang lainnya (atau bisa disebut terhubungkan pada derajat keenam).
Cara bergabung dalam situs Friendster ini
sangat mudah. Anda mendaftarkan diri, menciptakan profil diri, dan
lalu menghubungkan ke teman-teman Anda yang sudah
bergabung atau mengundang mereka untuk bergabung. Kemudian, Anda
terhubungkan dengan teman Anda, dan teman dari teman Anda, dan
seterusnya. Dengan cara yang cukup sederhana ini, kita bisa berkenalan dengan
orang-orang baru atau bahkan melacak teman-teman lama yang
mungkin sudah tidak pernah bertemu selama belasan tahun.
Pertanyaan kemudian muncul: bagaimana kita
memasarkan melalui komunitas? Harus diakui, memasarkan merek di dalam
sebuah komunitas bukanlah pekerjaan gampang. Pendekatannya memang
agak lain dari pendekatan konvensional. Anda sudah tak bisa lagi
menggunakan paradigma produsen-konsumen dalam
memasarkan merek Anda. Mengapa? Karena lingkungan di dalam
komunitas bersifat egaliter dan peer to peer. Seperti
tercermin dalam model bisnis eBay, orang-orang di dalam
komunitas adalah produsen sekaligus konsumen, mereka pembeli sekaligus
penjual.
Oleh karena itu, Anda harus smart! Posisikan merek
Anda sebagai anggota komunitas, bukan sebagai produsen.
Sebagai anggota komunitas, Anda harus melakukan hal-hal
penting berikut ini. Pertama, dorong interaksi dan komunikasi
yang intensif antar-sesama anggota komunitas dan lakukan
soft-selling, bukan hard-selling, dalam jualan produk. Kedua,
jalankan fungsi fasilitasi. Anda harus menjadi fasilitator
yang baik bagi komunitas, dan, kalau Anda sudah menjadi
fasilitator yang baik, bangunlah sense of community ke seluruh
anggota.
Ketiga, saling perkenalkan antar-anggota dengan satu
minat (common interests) tertentu, dan dorong para anggota
memberikan kontribusi kepada komunitas dan membantu
anggota lain. Dan yang terakhir, ciptakan identitas, atau
kalau mungkin, budaya komunitas.
Namun, di atas berbagai kiat tersebut,
satu hal terpenting yang harus Anda perhatikan adalah kredibilitas
dan trust. Anggota sebuah komunitas selain Anda pasti akan merasa jengkel dan
sebal, jika Anda terus-menerus melakukan promosi secara terang-terangan
dalam komunitas itu. Mereka akan menganggap Anda hanya memanfaatkan
komunitas itu untuk kepentingan Anda semata. Kredibilitas
Anda perlahan akan hilang, dan orang pun akhirnya
tidak akan percaya lagi kepada Anda.
Pendeknya,
bangun dulu kredibilitas Anda di dalam komunitas. Anda dapat menjadi
referensi bagi komunitas itu. Jika kredibilitas Anda sudah
terbentuk, lambat laun komunitaslah yang akan
"bekerja" untuk Anda, bukan sebaliknya. Word-of-mouth yang terjadi
membuat Anda dikenal secara luas, tanpa perlu mengeluarkan
biaya promosi yang besar
Salam SmartLife
Joko Ristono
sumber : wartaekonomi.com
Great Community Marketing
Yuswohady, MarkPlus&Co
Dalam buku saya, Marketing in Venus, saya
mengatakan bahwa di era informasi dan internet sekarang
ini community marketing menjadi makin krusial bagi
pemasaran merek. Mengapa demikian? Sebab, secara emosional,
pelanggan makin suka berinteraksi satu sama lain dan membentuk komunitas.
Customer base Anda akan kokoh jika merek Anda bisa menjadi wahana
untuk bertemu dengan orang lain, membangun
relationship, dan menemukan orang-orang yang memiliki satu
minat di mana mereka bisa saling berinteraksi.
Faith Popcorn, penulis buku
Eve-olution, punya kesimpulan menarik mengenai pemasaran melalui
komunitas ini. Ia mengatakan bahwa pemahaman mengenai
perilaku pelanggan yang suka saling berinteraksi dan
berhubungan di dalam sebuah komunitas merupakan fondasi bagi Anda dalam
memasarkan merek dan produk secara efektif. "Connecting your female
customers to each other connect them to your brand," ujarnya.
Pesannya kemudian menjadi jelas, bahwa merek Anda harus mampu
mengakomodasi pelanggan untuk membangun komunitas, dan
memungkinkan setiap anggota komunitas tersebut berinteraksi satu
sama lain.
Mengapa community marketing demikian krusial
saat ini, dapat dijelaskan dengan beberapa argumentasi berikut.
Pertama, karena pemasaran melalui komunitas menghasilkan
pelanggan yang sangat loyal. "Customer who form a
communal bond around your brand, product, service,
candidate, cause, or organization are usually extremely
loyal," kata Richard Cross dan Janet Smith dalam buku larisnya,
Customer Bonding. Komunitas tak hanya mampu menciptakan relationship customer
dan loyal customer, tetapi lebih jauh lagi, ia dapat membangun advocator
customer.
Advocator customer tak lain adalah pelanggan yang
selalu mati-matian membela merek dan produk Anda.
Pelanggan yang selalu menjadi juru bicara dan
"papan iklan berjalan" yang baik bagi pelanggan
lain.
Pelanggan yang marah kalau mendengar orang lain
menjelek-jelekkan merek Anda. Mau contoh?
Komunitas Harley-Davidson! Juga komunitas multilevel
marketing! Juga komunitas Macintosh-nya Apple Computer! Juga
komunitas Linux!
Karena jenis pelanggan yang Anda
hasilkan adalah advocator customer, maka mereka akan
cenderung menjadi salesman Anda yang sangat fanatik.
Mereka akan bercerita kepada orang lain dan merekomendasikan
merek dan produk Anda. Kita tahu, rekomendasi pelanggan atau
customer referral adalah alat promosi dan jualan yang sangat
efektif dan ampuh mempengaruhi calon pelanggan. Dan harus diingat, cara
ini sangat murah karena Anda tak perlu mengeluarkan anggaran jutaan
bahkan miliaran rupiah untuk iklan di koran dan televisi.
Kalau diferensiasi adalah
faktor kunci untuk memenangkan persaingan, saya berani
mengatakan, diferensiasi merek mestinya tak hanya dilakukan
melalui kualitas produk yang oke, layanan yang excellent, atau
teknologi yang canggih, tetapi juga melalui bagaimana Anda
membangun komunitas pelanggan dan bagaimana Anda menghubungkan dan
menginteraksikan satu pelanggan dengan pelanggan lain di dalam komunitas
tersebut.
Mengapa, misalnya, Amazon.com lebih unggul
dari barnesandnoble.com dan borders.com, terletak pada orientasi
Amazon.com dalam melihat pelanggannya sebagai sebuah komunitas. Sejak berdiri
pada 1995, Amazon.com merancang situsnya sebagai komunitas
pencinta buku, bukannya para pembeli buku secara individual. Mereka adalah
keluarga besar Amazon.com dengan minat dan keinginan yang sama,
yaitu kecintaan pada buku.
Bagaimana Amazon.com membangun
dan mengembangkan komunitas ini? Caranya adalah dengan
memfasilitasi dan mendorong anggota untuk saling berinteraksi
dan memberikan layanan pelanggan yang melibatkan secara penuh
para anggota komunitas. Para
anggota komunitas Amazon.com ini dapat memilih buku yang mereka inginkan
secara mudah, mendiskusikan buku-buku yang baru terbit
dengan menulis resensi dan memberikan rating, serta mendapatkan rekomendasi
buku-buku lain yang dibaca oleh para peminat buku sejenis di dalam
komunitas. Diferensiasi berbasis komunitas inilah sesungguhnya
diferensiasi utama Amazon.com yang memungkinkannya unggul dari dua
pesaing terdekatnya itu.
Ambil contoh lain, langkah cerdik
yang dilakukan Citibank dengan kartu kredit Clear Card-nya. Di
tengah pasar kartu kredit yang sudah sesak, Citibank berhasil
melihat bahwa ada segmen pasar berdasarkan psikografis dan
perilaku yang belum digarap. Segmen ini adalah segmen kaum urban
eksekutif yang senang bergaul dan nongkrong di tempat-tempat
eksklusif. Menurut saya, Clear Card mampu memposisikan diri
menjadi wahana bagi para eksekutif kota
besar tersebut untuk saling berinteraksi, curhat, dan membentuk
komunitas. Ia mampu menjadi community enabler yang baik.
Coba lihat bagaimana suasana Cilandak Town Square alias Citos
pada tiap akhir pekan yang makin ramai karena adanya program "Buy 1
Get 1 Free Meal/Drink" dari Citibank Clear Card di
sejumlah kedainya. Atau juga lihatlah sejumlah bioskop 21 yang juga
bisa penuh pada hari Rabu karena program serupa. Baik Citibank maupun
mitra-mitranya tentu sama-sama untung. Apalagi, Citibank
Clear Card ini bukan lagi dianggap sebagai kartu kredit
biasa yang hanya untuk keperluan transaksi bisnis. Ia sudah dianggap
sebagai salah satu aksesori yang harus dimiliki oleh mereka yang
senang hang-out.
Dalam membentuk komunitas, tentu
saja komunitas yang Anda bangun tak hanya terbatas pada
komunitas nyata, tetapi juga bisa komunitas maya. Jika di komunitas nyata
Anda bertemu secara fisik dengan anggota komunitas lainnya pada
suatu waktu dan tempat tertentu, maka, dalam komunitas
maya, kita tidak perlu bertatap muka langsung. Komunitas maya ini bisa
berbentuk komunitas mailing list dan situs komunitas di internet.
Kalau Anda punya waktu, cobalah
sempatkan untuk masuk ke Friendster.com yang saat ini
sedang naik daun. Friendster memang fenomenal. Sejak diluncurkan pada
Maret 2003, per Mei 2004 situs "teman-mencari-teman" ini
memiliki 7,5 juta anggota. Situs ini menghubungkan satu orang
dengan lainnya melalui jejaring maya. Jejaring yang ada bekerja
berdasarkan teori six degrees of separation, yaitu suatu teori yang
menyatakan bahwa setiap orang di dunia ini sebenarnya saling mengenal,
maksimal terpisah oleh lima
orang lainnya (atau bisa disebut terhubungkan pada derajat keenam).
Cara bergabung dalam situs Friendster ini
sangat mudah. Anda mendaftarkan diri, menciptakan profil diri, dan
lalu menghubungkan ke teman-teman Anda yang sudah
bergabung atau mengundang mereka untuk bergabung. Kemudian, Anda
terhubungkan dengan teman Anda, dan teman dari teman Anda, dan
seterusnya. Dengan cara yang cukup sederhana ini, kita bisa berkenalan dengan
orang-orang baru atau bahkan melacak teman-teman lama yang
mungkin sudah tidak pernah bertemu selama belasan tahun.
Pertanyaan kemudian muncul: bagaimana kita
memasarkan melalui komunitas? Harus diakui, memasarkan merek di dalam
sebuah komunitas bukanlah pekerjaan gampang. Pendekatannya memang
agak lain dari pendekatan konvensional. Anda sudah tak bisa lagi
menggunakan paradigma produsen-konsumen dalam
memasarkan merek Anda. Mengapa? Karena lingkungan di dalam
komunitas bersifat egaliter dan peer to peer. Seperti
tercermin dalam model bisnis eBay, orang-orang di dalam
komunitas adalah produsen sekaligus konsumen, mereka pembeli sekaligus
penjual.
Oleh karena itu, Anda harus smart! Posisikan merek
Anda sebagai anggota komunitas, bukan sebagai produsen.
Sebagai anggota komunitas, Anda harus melakukan hal-hal
penting berikut ini. Pertama, dorong interaksi dan komunikasi
yang intensif antar-sesama anggota komunitas dan lakukan
soft-selling, bukan hard-selling, dalam jualan produk. Kedua,
jalankan fungsi fasilitasi. Anda harus menjadi fasilitator
yang baik bagi komunitas, dan, kalau Anda sudah menjadi
fasilitator yang baik, bangunlah sense of community ke seluruh
anggota.
Ketiga, saling perkenalkan antar-anggota dengan satu
minat (common interests) tertentu, dan dorong para anggota
memberikan kontribusi kepada komunitas dan membantu
anggota lain. Dan yang terakhir, ciptakan identitas, atau
kalau mungkin, budaya komunitas.
Namun, di atas berbagai kiat tersebut,
satu hal terpenting yang harus Anda perhatikan adalah kredibilitas
dan trust. Anggota sebuah komunitas selain Anda pasti akan merasa jengkel dan
sebal, jika Anda terus-menerus melakukan promosi secara terang-terangan
dalam komunitas itu. Mereka akan menganggap Anda hanya memanfaatkan
komunitas itu untuk kepentingan Anda semata. Kredibilitas
Anda perlahan akan hilang, dan orang pun akhirnya
tidak akan percaya lagi kepada Anda.
Pendeknya,
bangun dulu kredibilitas Anda di dalam komunitas. Anda dapat menjadi
referensi bagi komunitas itu. Jika kredibilitas Anda sudah
terbentuk, lambat laun komunitaslah yang akan
"bekerja" untuk Anda, bukan sebaliknya. Word-of-mouth yang terjadi
membuat Anda dikenal secara luas, tanpa perlu mengeluarkan
biaya promosi yang besar
Salam SmartLife
Joko Ristono
sumber : wartaekonomi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar