Kita pasti mempunyai pengalaman menghubungi organisasi
atau call center dan di suruh menunggu (on Hold). Bagaiman perasaan anda,
ketika disuruh menunggu lama tidak terlayani? Kesal dan kecewa pastinya.
Kita hidup dan bekerja di service, saya sebagai Customer Care bila membeli buku di toko buku tenetunya saya menjadi pelanggan bagi toko buku tersebut dan toko buku itupun merupakan pelanggan bagi distributor dan seterusnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa layanan sebenernya saling terhubung dengan layanan lainnya.
Kita hidup dan bekerja di service, saya sebagai Customer Care bila membeli buku di toko buku tenetunya saya menjadi pelanggan bagi toko buku tersebut dan toko buku itupun merupakan pelanggan bagi distributor dan seterusnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa layanan sebenernya saling terhubung dengan layanan lainnya.
Menurut Frances Frei dan Anne Moris dalam bukunya Uncommon Service mengatakan bahwa kita hidup da bekerja di service economy. Sejak tahun 1950 sektor industri mulai bertumbuh di negara-negara berkembang. Saat ini 80% pekerjaan adalah pekerjaan di bidang service dan di Amerika Serikat 80% gross National Produknya adalah service.
Kita sangat menghargai service yang baik. Survey demi
survey menyatakan bahwa service merupakan pembeda yang besar dimana perusahaan
yang meberikan excellent service pada kita tentu mendapatkan proporsi yang
besar dari penghasilan kita.
Menurut Psikologi perkembangan mengatakan bahwa
keinginan untuk menolong orang lain adalah sifat yang sudah muncul dalam diri
manusia sejak usia 18 bulan. Sifat tersebut menrupakan rangsangan umum untuk
melayani. Bila kita teliti lagi, apa yang memotivasi kita untuk melayani adalah
kita memiliki core ambition untuk
menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Service yang baik sangat langka, oleh karena itu kita
sebagai pelaku ekonomi sekaligus sebagai pelanggan sering kecewa dan frustrasi
. Pelanggan, kariawan, owners , tak
satu pun dari mereka yang ingin memberikan “Bad Service” tapi tidak satu pun
yang mau menanggungnya. Sehingga bad service lah yang kita timbulkan terhadap
satu dengan yang lain ( karena kita terhubung dengan yang lain)
Uncommon Service tidak lahir dari attitude dan effort,
tetapi dari blue print dari sebuah bisnis model. Sangat mudah untuk melontarkan
service ke dalam pernyataan misi dan melakukan apapun untuk kepuasan pelanggan.
Bagian tersulit adalah merancang service model yang dapat membuat karyawan
dengan average perform dapat memberikan
excellence service setiap hari sebagai rutinitas.
Perusahaan yang dapat memberikan outstanding service
menciptakan offering, founding strategy,
Sistem dan Culture yang mengatur karyawan menjadi lebih baik. Kita tidak bisa menjadi terbaik di segala hal, di
service mencoba menjadi paling baik di segala hal hanya akan menghasilkan
layanan yang bisa saja atau standart.
Excellent service memerlukan pengorbanan, untuk dapat
memberikan Great Service di dimensi
customer value anda maka anda harus berani menjadi underperform di dimensi
dimana customer memandang nilai-nilai tersebut tidak penting baginya. Disinilah
perusahaan melakukan Trade-Offs
(pertukaran)
Ada 4 prinsip Service Excellent:
1. You can’t be good at everything
Excellence service memerlukan
underperform di dimensi nilai-nilai dimana pelanggan menganggap nilai tersebut
tidak penting baginya sehingga kita dapat menjadi excellence di customers value
. Oleh karena itu kita harus dapat melihat lebih dalam lagi, siapa customer
kita dan apa yang mereka perlukan.
Contohnya adalah Commerce Bank .
Pada tahun 1973 Vernon Hill adalah
CEO dari Commerce Bank memiliki misi menjadi pemimpin di financial institutions
dan juga menjadi retailers sukses. Pada saat itu, persaingan di dunia perbankan
adalah dengan penawaran suku bunga deposit yang kompetitif. Tetapi jam
operasional bank yang office hour merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi
nasabah bank, apalagi setiap orang memiliki kesibukan pekerjaan di jam office
hour, mengasuh anak, kesibukan dengan komunitasnya dan lain sebagainya ditambah
lagi interaksi karyawan bank dengan nasabah yang kaku dan cenderung tidak
ramah.
Commerce Bank melakukan Trade-offs
yaitu dengan memberikan layanan jam operasional yang bisa digunakan oleh
seluruh nasabahnya. Bank tersebut buka setiap hari senin- jumat jam 7.30 s/d
jam 8 malam, di hari jumat ada drive – through yang buka sampai tengah malam,
hari sabtu dan minggu tersedia layanan Full Service Banking. Tetapi Commerce
Bank memberikan penawaran suku bunga yang tidak kompetitif ( sisi “bad
servicenya”) .
Dalam hal recruit kariawan Commerce
Bank menyadari bila mereka merekruit kariawan yang high performance di skill
dan attitude tentunya akan menghabisakan dana yang besar, oleh karena itu
Commerce Bank memilih satu dimensi yaitu best attitude . Bank tersebut
menciptakan best attitude disemua di dalam bank tesebut yang berasal dari
karakter yang sudah ada, sehingga mereka berfokus dalam merekrut karyawan yang
antusias dan interpersonal skill .
Walaupun pelayanan yang diberikan sudah ramah / best attitude tetapi bila tidak
diimbangi dengan skill yang baik dapat menimbulkan bad service sehingga yang
dilakukan Commerce Bank adalah dengan menyederhanakan produknya.
Commerce Bank dapat memberikan
kenyamanan dan customer interaction yang
istimewa kepada seluruh nasabahnya. Tetapi Commerce Bank berani “bad” di Price dan Produk Range.
Menjadi terbaik di segala hal
merupakan naluri alami di setiap diri manusia, tetapi bila kita ingin menjadi
terbaik di segala hal terkait dengan service maka kita hanya akan menghasilkan
layanan yang bisa saja atau standart.
2. Someone has to pay it
Layanan Istimewa harus ada yang
mendanai, bisa dengan men-Charge pelanggan dengan nilai lebih atau menekan
biaya sehingga dapat meningkatkan csutomer experience.
Commerce melakukannya dengan suku
bunga deposit yang tidak kompetitif.
3. It’s not your employee’s fault
Tidak sepenuhnya kesalahan karyawan,
mereka tidak dapat mendeliver excellent service. Permasalahannya terletak pada
rancangan layanan atau service model yang harusnya dapat meng-up grade karyawan
yang kinerjanya biasa saja menjadi terbaik/ excellent.
4. You must manage your customers
Pelanggan tidak sebagai pengguna
produk kita tetapi perlu kita libatkan juga dalam program customer experience
sehinggadiperlukan Management Plan
untuk pelanggan kita.
Ernawati Sinaga
Customer Care Manager
Tidak ada komentar:
Posting Komentar