Winer (2001, p. 12)
mendefinisikan customer relationship marketing sebagai strategi untuk membangun
hubungan yang baik dengan pelanggan dalam jangka panjang dengan
mengkombinasikan kemampuan untuk merespon secara langsung dan untuk melayani
pelanggan dengan interaksi yang tinggi. Untuk mendukung penerapan strategi
customer relationship marketing, diperlukan suatu perangkat berupa pendekatan
manajemen, yaitu customer relationship management (CRM).
Septiadi (2001, p. 225)
menyatakan: “Sesuatu yang dapat dijadikan patokan bagi perusahaan untuk tetap
menjaga hubungan antara konsumen dan perusahaan adalah “kesesuaian”, yaitu
kesesuaian antara harapan konsumen dan realitas yang dirasakan.” Berdasarkan
kajian tersebut, dapat dimengerti bahwa konsumen akan tetap menjaga hubungan
dengan perusahaan karena konsumen sendiri merasakan suatu kepuasan karena
harapan yang diinginkan mampu dipenuhi oleh perusahaan melalui produk dan
layanan yang diberikan. Kesesuaian antara harapan dan realitas yang diterima
dapat digunakan batu pijakan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan produk
dan layanan yang diberikan sehingga makin sesuai atau melebihi harapan
konsumen. Jika hal tersebut mampu dipenuhi oleh perusahaan, dengan sendirinya berarti
perusahaan telah menjaga hubungan dengan konsumen.
Kajian mengenai customer
relationship marketing berarti kajian mengenai sisi interaksi yang terjadi
antara konsumen dan perusahaan melalui komunikasi yang diperankan oleh pihak
perusahaan kepada pelanggan. Untuk itu inti dari customer relationship
marketing adalah komunikasi yang intensif antara perusahaan dan konsumen.
Pendorong penerapan konsep
customer relationship marketing
Persaingan sangat penting bagi
keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Persaingan menentukan kegiatan yang
perlu bagi perusahaan untuk berprestasi seperti inovasi, budaya yang kohesif
atau implementasi yang baik. Strategi bersaing merupakan upaya mencari posisi
bersaing yang menguntungkan dalam suatu industri, arena fundamental dimana
persaingan berlangsung.
Strategi bersaing bertujuan
membina posisi yang menguntungkan dan kuat dalam melawan kekuatan yang
menentukan persaingan dalam industri. Lingkungan yang mengharuskan penerapan
customer relationship marketing adalah lingkungan yang menghadapi berbagai
bentuk persaingan. Persaingan yang terjadi tersebut menyebabkan tiap perusahaan
untuk mampu mempertahankan pelanggan, dan hal tersebut dapat menjadi kenyataan
jika diantara pelanggan dan perusahaan terjalin customer relationship
marketing. Daya tarik industri maupun posisi bersaing dapat dipengaruhi suatu
perusahaan, dan inilah yang membuat pemilihan strategi bersaing menantang dan
menarik Haryanto (1999, p. 221) menyatakan: "Terdapat lima faktor yang
mempengaruhi persaingan, yaitu masuknya pendatang baru, ancaman produk
substitusi, kekuatan tawar menawar pembeli, kekuatan tawar menawar pemasok dan
tingkat persaingan diantara perusahaan sejenis." Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa persaingan yang terjadi di pasar terpengaruh oleh pendatang
baru, keberadaan produk subtitusi, kekuatan penawaran pembeli, kekuatan
penawaran pemasok dan persaingan yang terjadi diantara perusahaan sejenis.
Haryanto (1999, p. 226) menyatakan bahwa terdapat tiga strategi generik untuk
mencapai keunggulan bersaing, yaitu:
(a) Operational excellent yaitu
perusahaan harus mampu dan unggul dalam membuat barang
(b) Customer intimacy yaitu
perusahaan harus mampu membina hubungan yang intim dengan pelanggan
(c) Product leadership, yaitu
menjadi pemimpin produk di antara produk lain.
Kajian itu juga menjelaskan cara
menganalisis pesaing dan meramalkan serta mempengaruhi perilaku konsumen, cara
memetakan para peserta persaingan ke dalam beberapa kelompok strategik dan
memperkirakan posisi yang paling menarik dalam industri. Selanjutnya kajian itu
berusaha menerapkan kerangka tersebut di berbagai ragam lingkungan industri
yang penting yaitu disebut perangkat struktural, meliputi industri yang
terfragmentasi, industri yang sedang berkembang, industri yang sedang mengalami
peralihan ke kedewasaan, industri yang sedang menurun dan industri global.
Akhirnya kajian itu membahas berbagai keputusan strategik penting yang terjadi
dalam suatu industri termasuk integrasi vertikal, perluasan kapasitas dan
memasuki suatu industri.
Haryanto (1999, p. 223)
menyatakan bahwa kajian ini sendiri menggunakan kerangka dalam competitive
strategy (strategi bersaing) sebagai titik awal. Tema sentral kajian ini adalah
bagaimana perusahaan dapat secara aktual menciptakan dan mempertahankan keunggulan
bersaing dalam industrinya – bagaimana perusahaan dapat mengimplementasikan
strategi generik. Tujuannya adalah menjembatani strategi dengan implementasinya
dan tidak memperlakukan kedua subyek ini secara terpisah.
Keunggulan bersaing pada dasarnya
tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan bagi para
pembelinya yang lebih dari biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
menciptakannya. Nilai dan manfaat inilah yang sedia dibayar oleh pembeli, dan
nilai yang unggul berasal dari penawaran harga yang lebih rendah ketimbang
harga pesaing untuk manfaat setara atau penawaran manfaat unik yang melebihi
harga yang ditawarkan. Jadi ada dua jenis dasar keunggulan bersaing, yaitu
keunggulan biaya dan diferensiasi. Kajian ini menguraikan bagaimana suatu
perusahaan dapat memperoleh keunggulan biaya atau bagaimana perusahaan dapat
mendeferensiasikan dirinya. Kajian ini
menjelaskan bagaimana pilihan
cakupan bersaing atau ragam kegiatan perusahaan, dapat memainkan peran penting
dalam menentukan keunggulan bersaing. Akhirnya kajian ini menterjemahkan
konsep-konsep tersebut, digabungkan dengan konsep-konsep dalam kajian
sebelumnya, kedalam implikasi menyeluruh untuk strategi bersaing, ofensif dan
defensif, termasuk peran ketidakpastian dalam mempengaruhi pilihan strategik.
Kajian ini tidak hanya membahas strategi bersaing dalam industri tertentu
melainkan juga strategi korporasi untuk perusahaan yang terdiversifikasi.
Keunggulan bersaing dalam satu industri dapat sangat diperkuat oleh antar
hubungan dengan unit-unit usaha yang bersaing di sejumlah industri terkait,
jika antar hubungan ini dapat benar-benar diwujudkan. Antar hubungan di
kalangan unit usaha merupakan sarana utama bagi perusahaan yang
terdiversifikasi untuk menciptakan nilai (manfaat) dan dengan demikian
menegakkan sokoguru bagi strategi korporasi. Perlu dikaji lebih jauh hubungan
diantara unit-unit usaha ini dan menerjemahkannya ke dalam suatu strategi
korporasi. Selain itu harus juga dijelaskan cara mewujudkan antar hubungan
dalam praktek meskipun banyak hambatan organisasi yang ada di banyak perusahaan
yang terdiversifikasi.
Haryanto (1999, p. 225),
penekanan competitive strategy adalah pada analisis struktur industri dan
pesaing di berbagai lingkungan industri, meskipun juga mengandung banyak
implikasi bagi keunggulan bersaing. Kajian ini sendiri mulai dengan
mengasumsikan adanya pemahaman struktur industri dan perilaku pesaing dan
menekankan cara menerjemahkan pemahaman tersebut menjadi keunggulan bersaing.
Tetapi tindakan untuk menciptakan keunggulan bersaing seringkali mempunyai
konsekuensi penting terhadap struktur industri dan reaksi pesaing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar